LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DAN KESEHATAN
TANAH
1 FIT FALL TRIP HEWAN TANAH
2 ESTIMASI KEPADATAN POPULASI CACING TANAH PADA
DUA HABITAT BERBEDA
Disusun oleh :
RINA ERWITA
YESSI LESTARI
LENI
BUDI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan rhidonya kami bisa menyelesaikan laporan praktikum Biologi dan
kesehatan tanah ini dengan judul FIT
FALL TRIP HEWAN TANAH dan ESTIMASI KEPADATAN POPULASI CACING TANAH PADA DUA
HABITAT BERBEDA.
Penyusun mengucapkan trimakasih kepada dosen pengampuh mata kuliah ibu
Dra. Seprita Lidar. M.Si , yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama
melakukan praktikum.
Penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini, masih banyak kekurangan
dan kejanggalan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk
kedepannya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi yang membacanya.
Pekanbaru, Desember 2016
Team Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG1
1.2.TUJUAN2
BAB II
METODOLOGI
2.1. WAKTU DAN TEMPAT3
2.2. BAHAN DAN ALAT3
2.3. CARA KERJA3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN4
4.1. KESIMPULAN6
4.2.
SARAN6
DAFTAR PUSTAKA7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cacing tanah merupakan salah satu organisme tanah (
makrofauna ) yang berderajat agak tinggi. Cacing tanah merupakan salah satu
kelompok hewan invertebrata yang termasuk dalam filum Annelida dan klas Oligochaeta.
Cacing tanah memiliki bentuk
simetris secara bilateral, memiliki segmen di bahagian luar. Tidak memiliki
tulang dan cuticle (kulit) yang tipis berpigmen, memiliki setae pada semua
segmennya kecuali pada 2 segmen pertama, dengan lapisan terluar mempunyai otot
sirkuler (bundar) dan lapisan terdalam memiliki otot memanjang (longitudinal).
Cacing tanah merupakan hewan hermaphrodite ( Anonim, 2014 )
Cacing tanah memiliki peranan yang penting dibidang
pertanian. Berbagai peranan yang didapatkan antara lain ; mempercepat
pelapukan/ dekomposisi bahan organik, meningkatkan kadar unsur hara dalam
tanah, memperbaiki sifat fisik tanah, membantu terbentuknya humus, mengurangi
erosi tanah dan mempercepat mineralisasi. Secara fisik, cacing tanah dapat memperbaiki
tekstur tanah, aerase dan drainase, sedangkan secara kimia cacing tanah melalui
mekanisme pencernaannya yang mengeluarkan kotoran di tanah, dapat meningkatkan
ketersediaan unsur hara bagi tanaman ( Sari M, 2014 ) dan meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Hal ini dibuktikan penelitian Adianto, dkk ( 2004 ), menyimpulkan
bahwa inokulasi cacing tanah Pontoscolex corethrurus Fr. Mull meningkatkan
respirasi mikrorganisme tanah, tingkat dekomposisi selulosa, serta menurunnya
kadar C organik tanah. Di samping itu inokulasi cacing tanah dapat
memperbaiki kondisi fisika kimia tanah yang ditandai dengan meningkatnya
permeabilitas, porositas serta kandungan unsur hara tanah. Kondisi ini
menyebabkan pertumbuhan tanaman kacang hijau meningkat pada tanah yang
diinokulasi cacing tanah, oleh sebab itu cacing tanah biasanya dijadikan sebagai bioindikator kesuburan dan kesehatan tanah. Penggunaan cacing tanah
Pheretima hupiens dengan populasi 1 ekor/ kg tanah disertai pemberian
bahan organik 5 ton/ha, dapat meningkatkan hasil panen jagung Sukmaraga hingga
40 % (Tim Sintesis Kebijakan, 2008 dalam Darmi, dkk 2013).
Selain peranan positif dari cacing tanah, ada beberapa
jenis cacing tanah yang merugikan dibidang pertanian dengan menjadi hama pada
akar tanaman.
Populasi cacing tanah pada setiap jenis lahan pasti
berbeda, keberadaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ; ketersedian
bahan organik tanah dan lingkungan disekitarnya. Bahan organik tanah berperan
sebagai sumber energi bagi cacing untuk meningkatkan aktivitas dan keberlanjutan
hidupnya ( Wulandari S,dkk. 2005 ). Lingkungan hidup cacing tanah meliputi,
suhu tanah, pH, kelembapan dan jenis vegetasi penutup tanah ( Darmi, dkk. 2013
). Sumber makanan dan lingkungan hidup cacing tanah harus terpenuhi, supaya
aktivitasnya berjalan lancar.
Metode estimasi kepadatan populasi hewan tanah bisa
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya metoda sortir tangan ( hand
sorting method ). Metode ini paling hasilnya paling baik digunakan dan
dibandingkan dengan metoda lainnya. Kelemahan metoda ini hanyalah karena metoda
ini membutuhkan banyak waktu dan tenaga dan ketelitian yang tinggi. Pada metoda
ini tanah diambil pada kuadrat yang telah ditentukan luasnya dan kedalamannya,
dan tanah itu dimasukkan kedalam suatu kantong dan selanjutnya cacing yang
terdapat didalamnya langsung disortir.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah melihat kepadatan populasi
cacing tanah pada dua habitat yang
berbeda.
BAB II
METODOLOGI
2.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan sekitar kebun percobaan dan UPT (
Unit Penelitian Terpadu ) Universitas Lancang Kuning. Praktikum ini
dilaksanakan pada bulan Okober, 2016 ).
2.2. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang
dibutuhkan dalam praktikum ini adalah ; Cangkul, parang, mistar, bekas gelas
air minum dan alat tulis.
2.3. Cara Kerja
ü
Buat plot ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm pada dua
habitat yang berbeda, masing – masing ulangan plot sebanyak 5.
ü
Habitat yang diambil adalah habitat disemak
belukar disekitarnya ditumbuhi sawit yang berumur tua dan habitat UPT ( Unit
Peneltian Terpadu ).
ü
periksa tanah dengan hati- hati, kemudian hitung
jumlah cacing tanah dan kokon yang tersdapat dalam setiap plot.
ü
Tuliskan hasil pengamatan pada lembar hasil.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. HASIL
A. Habitat
Semak Belukar
Plot
|
Populasi cacing tanah ( ekor
)
|
Jumlah kokon ( butir )
|
Ulangan I
|
2
|
1
|
Ulangan 2
|
1
|
2
|
Ulangan 3
|
5
|
1
|
Ulangan 4
|
1
|
2
|
Ulangan 5
|
1
|
-
|
Total
|
10
|
6
|
B. Habitat
UPT
Plot
|
Populasi cacing tanah ( ekor
)
|
Jumlah kokon ( butir )
|
Ulangan I
|
5
|
-
|
Ulangan 2
|
1
|
-
|
Ulangan 3
|
8
|
-
|
Ulangan 4
|
7
|
-
|
Ulangan 5
|
17
|
1
|
Total
|
38
|
1
|
3.2. PEMBAHASAN
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan setiap plot
memiliki jumlah populasi cacing tanah yang berbeda, terutama terlihat pada
habitat UPT perbedaannya sangat signifikan, contohnya pada habitat UPT, jumlah
populasi pada plot ulangan lima sebanyak 17 sedangkan pada plot ulangan 2 hanya
terdapat 1 artinya perbandingannya sebanyak 16 populasi. Pada habitat semak
belukar, terlihat tidak begitu bervariasi, terlihat terdapat 3 plot yang
memiliki poluasi yang sama yaitu 1 ekor.
Perbedaan kepadatan populasi cacing tanah tentunya
dihadapkan pada sumber makanan dan kondisi lingkungan disekitar habitatnya.
Bahan organik adalah sumber energi bagi makrofauna cacing tanah, semakin
tingginya bahan organik terdapat pada tanah semakin tinggi jumlah populasi
cacing tanah, karena akan berhubungan denga pola aktivitas dan perkembangbiakan
cacing tanah, dengan demikian proses – proses didalam tanah akan dipercepat,
seperti dekomposisi hingga mineralisasi. Jika dibandingkan antara kedua lokasi
praktikum, terlihat jelas bahwa tanah areal UPT memiliki kandungan bahan
organik yang lebih tinggi. Selain kandungan organik lebih tinggi, jenis
vegetasi penutup tanah akan mempengaruhi biodiversitas tanah, salah satunya
cacing tanah, diareal UPT memiki jenis tanaman yang cukup beragam, seperti
tanamn kakao, pisang dan beberapa vegetasi gulma, sedangkan areal semak belukar
disekitarnya terdapat tanaman sawit tua yang sudah tidak diurus lagi, sehinga
ditanah sekitarnya terdapat serasah pelepapah sawit. Menurut Darmi,dkk ( 2013 )
semakin tua umur kelapa sawit maka populasi cacing tanah cenderung rendah atau
menurun.
Tingginya populasi cacing tanah disekitar UPT dibanding
areal semak belukar , kemungkinan besar dipengaruhi olah sistem pengolahan
tanah. Tanah areal UPT sering dijadikan tempat penelitian, dimana pada proses
pengolahan tanah ditambahkan bahan- bahan organik, seperti pupuk kandang dan
kompos. Hal ini bebanding terbalik pada objek 1 areal semak belukar, jarang
dilakukan pemanfaatan tanah, sehingga bahan organik hanya berasal secara alami,
dari bekas organ tanaman yang sudah busuk.
Begitu juga halnya dengan faktor abiotik lain seperti suhu tanah, pH tanah, kelembaban
tanah. PH merupakan salah satu syarat pertumbuhan dan perkembangan cacing
tanah. Cacing tanah jenis Pheretima
sp. dan Lumbricus rubellus hidup pada suhu berkisar antara
6.5-8.5 0C ( Sari M dan Lestari M, 2014 ).
Kemungkinan pH tanah UPT lebih mendekati pH yang dikehendaki cacing tanah untuk
beraktifitas.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.KESIMPULAN
Habitat
UPT memiliki populasi cacing tanah terbanyak yaitu 38 ekor, sehingga
disimpulkan tanah disekitar UPT lebih subur dibandingkan tanah semak belukar.
4.2.SARAN
Proses
pencangkulan dalam pembuatan plot harus hati – hati, agar tubuh cacing tanah
tidak terbagi- bagi yang akan mengakibatkan kesalahan pendugaan cacing tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Adianto, dkk 2004. Pengaruh Inokulasi Cacing Tanah
(Pontoscolex corethrurus Fr Mull) Terhadap Sifat Fisika Kimia Tanah dan
Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.Wilczek) Varietas
Walet. Jurnal Matematika dan Sains Vol.9 No.1. 181.
Anomim, cacing tanah
USU pdf. 2014.
Darmi dkk, 2013. Populasi Cacing Tanah
Megadrilli di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit dengan Strata Umur Tegakan yang
Berbeda. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.
Sari M dan Lestari M,
2014. Kepadatan Dan Distribusi Cacing Tanah Di Areal Arboretum Dipterocarpaceae
1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas
Lancang Kuning Pekanbaru. Lectura Vol.05 No.1.
http://bioryzarticle.blogspot.co.id/2011/03/populasi-dekomposer.html
( diakses pada tanggal 20 desember 2016 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar