Sabtu, 22 April 2017



LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DAN KESEHATAN TANAH
1  FIT FALL TRIP HEWAN TANAH
2  ESTIMASI KEPADATAN POPULASI CACING TANAH PADA DUA HABITAT BERBEDA
Disusun oleh :
Description: F:\New folder\1545183_901837919882612_7560170307063535767_n.jpg
RIMRO MANULLANG
RINA ERWITA
YESSI LESTARI
LENI
BUDI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan rhidonya kami bisa menyelesaikan laporan praktikum Biologi dan kesehatan tanah ini dengan judul FIT FALL TRIP HEWAN TANAH dan ESTIMASI KEPADATAN POPULASI CACING TANAH PADA DUA HABITAT BERBEDA.
Penyusun mengucapkan trimakasih kepada dosen pengampuh mata kuliah ibu Dra. Seprita Lidar. M.Si , yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama melakukan praktikum.
Penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini, masih banyak kekurangan dan kejanggalan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk kedepannya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi yang membacanya.











Pekanbaru, Desember 2016
Team Penyusun



DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG1
1.2.TUJUAN2
BAB II METODOLOGI
2.1. WAKTU DAN TEMPAT3
2.2. BAHAN DAN ALAT3
2.3. CARA KERJA3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN4
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN6
4.2. SARAN6
DAFTAR PUSTAKA7




BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cacing tanah merupakan salah satu organisme tanah ( makrofauna ) yang berderajat agak tinggi. Cacing tanah merupakan salah satu kelompok hewan invertebrata yang termasuk dalam filum Annelida dan klas Oligochaeta. Cacing tanah memiliki bentuk simetris secara bilateral, memiliki segmen di bahagian luar. Tidak memiliki tulang dan cuticle (kulit) yang tipis berpigmen, memiliki setae pada semua segmennya kecuali pada 2 segmen pertama, dengan lapisan terluar mempunyai otot sirkuler (bundar) dan lapisan terdalam memiliki otot memanjang (longitudinal). Cacing tanah merupakan hewan hermaphrodite ( Anonim, 2014 )
Cacing tanah memiliki peranan yang penting dibidang pertanian. Berbagai peranan yang didapatkan antara lain ; mempercepat pelapukan/ dekomposisi bahan organik, meningkatkan kadar unsur hara dalam tanah, memperbaiki sifat fisik tanah, membantu terbentuknya humus, mengurangi erosi tanah dan mempercepat mineralisasi. Secara fisik, cacing tanah dapat memperbaiki tekstur tanah, aerase dan drainase, sedangkan secara kimia cacing tanah melalui mekanisme pencernaannya yang mengeluarkan kotoran di tanah, dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman ( Sari M, 2014 ) dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini dibuktikan penelitian Adianto, dkk ( 2004 ), menyimpulkan bahwa inokulasi cacing tanah Pontoscolex corethrurus Fr. Mull meningkatkan respirasi mikrorganisme tanah, tingkat dekomposisi selulosa, serta menurunnya kadar C organik tanah. Di samping itu inokulasi cacing tanah dapat memperbaiki kondisi fisika kimia tanah yang ditandai dengan meningkatnya permeabilitas, porositas serta kandungan unsur hara tanah. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan tanaman kacang hijau meningkat pada tanah yang diinokulasi cacing tanah, oleh sebab itu cacing tanah biasanya   dijadikan sebagai bioindikator kesuburan dan kesehatan tanah. Penggunaan cacing tanah Pheretima hupiens dengan populasi 1 ekor/ kg tanah disertai pemberian bahan organik 5 ton/ha, dapat meningkatkan hasil panen jagung Sukmaraga hingga 40 % (Tim Sintesis Kebijakan, 2008 dalam Darmi, dkk 2013).
Selain peranan positif dari cacing tanah, ada beberapa jenis cacing tanah yang merugikan dibidang pertanian dengan menjadi hama pada akar tanaman.
Populasi cacing tanah pada setiap jenis lahan pasti berbeda, keberadaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ; ketersedian bahan organik tanah dan lingkungan disekitarnya. Bahan organik tanah berperan sebagai sumber energi bagi cacing untuk meningkatkan aktivitas dan keberlanjutan hidupnya ( Wulandari S,dkk. 2005 ). Lingkungan hidup cacing tanah meliputi, suhu tanah, pH, kelembapan dan jenis vegetasi penutup tanah ( Darmi, dkk. 2013 ). Sumber makanan dan lingkungan hidup cacing tanah harus terpenuhi, supaya aktivitasnya berjalan lancar.
Metode estimasi kepadatan populasi hewan tanah bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya metoda sortir tangan ( hand sorting method ). Metode ini paling hasilnya paling baik digunakan dan dibandingkan dengan metoda lainnya. Kelemahan metoda ini hanyalah karena metoda ini membutuhkan banyak waktu dan tenaga dan ketelitian yang tinggi. Pada metoda ini tanah diambil pada kuadrat yang telah ditentukan luasnya dan kedalamannya, dan tanah itu dimasukkan kedalam suatu kantong dan selanjutnya cacing yang terdapat didalamnya langsung disortir.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah melihat kepadatan populasi cacing tanah pada dua  habitat yang berbeda.









BAB II
METODOLOGI

2.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan sekitar kebun percobaan dan UPT ( Unit Penelitian Terpadu ) Universitas Lancang Kuning. Praktikum ini dilaksanakan pada bulan Okober, 2016 ).

2.2. Bahan dan Alat
Bahan  dan alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah ; Cangkul, parang, mistar, bekas gelas air minum dan alat tulis.

2.3. Cara Kerja
ü  Buat plot ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm pada dua habitat yang berbeda, masing – masing ulangan plot sebanyak 5.
ü  Habitat yang diambil adalah habitat disemak belukar disekitarnya ditumbuhi sawit yang berumur tua dan habitat UPT ( Unit Peneltian Terpadu ).
ü  periksa tanah dengan hati- hati, kemudian hitung jumlah cacing tanah dan kokon yang tersdapat dalam setiap plot.
ü  Tuliskan hasil pengamatan pada lembar hasil.











BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. HASIL
A.  Habitat Semak Belukar
Plot
Populasi cacing tanah ( ekor )
Jumlah kokon ( butir )
Ulangan I
2
1
Ulangan 2
1
2
Ulangan 3
5
1
Ulangan 4
1
2
Ulangan 5
1
-
Total
10
6


B.  Habitat UPT
Plot
Populasi cacing tanah ( ekor )
Jumlah kokon ( butir )
Ulangan I
5
-
Ulangan 2
1
-
Ulangan 3
8
-
Ulangan 4
7
-
Ulangan 5
17
1
Total
38
1

3.2. PEMBAHASAN
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan setiap plot memiliki jumlah populasi cacing tanah yang berbeda, terutama terlihat pada habitat UPT perbedaannya sangat signifikan, contohnya pada habitat UPT, jumlah populasi pada plot ulangan lima sebanyak 17 sedangkan pada plot ulangan 2 hanya terdapat 1 artinya perbandingannya sebanyak 16 populasi. Pada habitat semak belukar, terlihat tidak begitu bervariasi, terlihat terdapat 3 plot yang memiliki poluasi yang sama yaitu 1 ekor.
Perbedaan kepadatan populasi cacing tanah tentunya dihadapkan pada sumber makanan dan kondisi lingkungan disekitar habitatnya. Bahan organik adalah sumber energi bagi makrofauna cacing tanah, semakin tingginya bahan organik terdapat pada tanah semakin tinggi jumlah populasi cacing tanah, karena akan berhubungan denga pola aktivitas dan perkembangbiakan cacing tanah, dengan demikian proses – proses didalam tanah akan dipercepat, seperti dekomposisi hingga mineralisasi. Jika dibandingkan antara kedua lokasi praktikum, terlihat jelas bahwa tanah areal UPT memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi. Selain kandungan organik lebih tinggi, jenis vegetasi penutup tanah akan mempengaruhi biodiversitas tanah, salah satunya cacing tanah, diareal UPT memiki jenis tanaman yang cukup beragam, seperti tanamn kakao, pisang dan beberapa vegetasi gulma, sedangkan areal semak belukar disekitarnya terdapat tanaman sawit tua yang sudah tidak diurus lagi, sehinga ditanah sekitarnya terdapat serasah pelepapah sawit. Menurut Darmi,dkk ( 2013 ) semakin tua umur kelapa sawit maka populasi cacing tanah cenderung rendah atau menurun.
Tingginya populasi cacing tanah disekitar UPT dibanding areal semak belukar , kemungkinan besar dipengaruhi olah sistem pengolahan tanah. Tanah areal UPT sering dijadikan tempat penelitian, dimana pada proses pengolahan tanah ditambahkan bahan- bahan organik, seperti pupuk kandang dan kompos. Hal ini bebanding terbalik pada objek 1 areal semak belukar, jarang dilakukan pemanfaatan tanah, sehingga bahan organik hanya berasal secara alami, dari bekas organ tanaman yang sudah busuk.
Begitu juga halnya dengan faktor abiotik  lain seperti suhu tanah, pH tanah, kelembaban tanah. PH merupakan salah satu syarat pertumbuhan dan perkembangan cacing tanah. Cacing tanah jenis Pheretima sp. dan Lumbricus rubellus hidup pada suhu berkisar antara 6.5-8.5 0C ( Sari M dan Lestari M, 2014 ). Kemungkinan pH tanah UPT lebih mendekati pH yang dikehendaki cacing tanah untuk beraktifitas.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.KESIMPULAN
Habitat UPT memiliki populasi cacing tanah terbanyak yaitu 38 ekor, sehingga disimpulkan tanah disekitar UPT lebih subur dibandingkan tanah semak belukar.

4.2.SARAN
Proses pencangkulan dalam pembuatan plot harus hati – hati, agar tubuh cacing tanah tidak terbagi- bagi yang akan mengakibatkan kesalahan pendugaan cacing tanah.





















DAFTAR PUSTAKA

Adianto, dkk 2004. Pengaruh Inokulasi Cacing Tanah (Pontoscolex corethrurus Fr Mull) Terhadap Sifat Fisika Kimia Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.Wilczek) Varietas Walet. Jurnal Matematika dan Sains Vol.9 No.1. 181.
Anomim, cacing tanah USU pdf. 2014.
Darmi dkk, 2013. Populasi Cacing Tanah Megadrilli di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit dengan Strata Umur Tegakan yang Berbeda. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.
Sari M dan Lestari M, 2014. Kepadatan Dan Distribusi Cacing Tanah Di Areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha Fakultas Kehutanan  Universitas  Lancang Kuning Pekanbaru. Lectura Vol.05 No.1.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar