Minggu, 17 Januari 2016

Pengaruh ZPT Hantu Terhadap pembibitan Selada ( Lactuva sativa )

BAB. I. PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Tanaman selada ( Lactuva sativa L ) adalah tanaman sayuran semusim dari kelas dikotil, famili asteraceae biasa ditanam dideerah iklim sedang maupun daerah tropika, biasanya digunakan konsumen sebagai salad. Restoran-restoran serta hotel juga menggunakan selada dalam masakannya, misalnya salad, hamburger, dan gado-gado.  Adapun kandungan vitamin yang terdapat di dalam daun selada diantaranya: vitamin A, vitamin B, vitamin C yang sangat berguna untuk kesehatan tubuh (Pracaya, 2007).
Tanaman selada dikembangbiakan melalui biji, Biji selada berbentuk pipih,kecil serta berbulu tajam(Rukmana,1994). Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu,agak keras, berwarna coklat, tua, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang 4 mm dan lebar 1mm.Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (perkembangbiakan)(Anonim,2012).
Untuk produksi selada di kota Pekanbaru, petani belum bisa mencukupi kebutuhan lokal. Salah satu faktor utamanya yaitu, teknik perbanyakannya. Perbanyakan tanaman selada diperbanyak secara generatif, dalam perbanyakan inilah kendala kegagalan yang besar dihadapi petani, sehingga minat petani kurang dalam budidaya selada. Persentase perkecambahan benih selada berkisar antara 40 % - 75 % ( Surtinah, 2010 ). Untuk memecahkan masalah ini, para ahli pertanian telah mencoba melakukan penelitian, beberapa cara telah temukan, salah satunya adalah dengan perendaman dengan ZPT.
Air adalah induk kehidupan, air sangat berperan dalam proses perkecambahan benih. Air berperan dalam proses imbibisi. Imbibisi merupakan penyerapan air oleh imbiban, contohnya penyerapan air oleh benih dalam proses awal perkecambahan, benih akan membesar, kulit benih pecah, dan terjadi perkecambahan yang ditandai oleh keluarnya radikula dari dalam benih.

Pupuk Hantu "Hormon Tanaman Unggul" produk yang sangat bermanfaat untuk semua tanaman maupun mikro organisme tanah karena merupakan materi utama pembentuk probiotik terlarut di dalam nutrisinya yang sangat dibutuhkan tetapi tidak dapat diproduksi sendiri oleh makhluk hidup (Sujimin, 2010). Pupuk Hantu mengandung Zat Pengatur Tumbuh yaitu GA3, GA5, GA7, Auksin, Sitokinin (kinetin & zeatin) serta memiliki kandungan unsur hara makro N, P, K, dan unsur mikro Na, Mg, Cu, Fe, Mn, Zn, Co, Cd, dan Pb yang sangat berguna bagi tanaman.(Prana, 2009).

1.2.        Tujuan Praktikum
1.    Mengetahui pengaruh perendaman ZPT Hantu terhadap benih Selada ( Lactuva satuva L )
2.    Mengetahui pengaruh perendaman Air murni terhadap benih Selada ( Lactuva satuva L )
3.    Mengetahui pengaruh lama waktu perendaman dengan ZPT dan air terhadap benih selada ( Lactuva sativa L )
4.    Mengetahui pengaruh media pasir halus terhadap perkecambahan benih selada.
5.    Mengetahui viabitas biji selada pada kondisi tidak menguntungkan
           








BAB.II. TINJAUAN PUSTAKA

           
            Tanaman selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki prospek dan nilai komersial yang cukup baik. Semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan akan sayuran. Kandungan gizi pada sayuran terutama vitamin dan mineral tidak dapat disubtitusi melalui makanan pokok, Nazaruddin (2003).  Adapun kandungan vitamin yang terdapat di dalam daun selada diantaranya: vitamin A, vitamin B, vitamin C yang sangat berguna untuk kesehatan tubuh (Pracaya, 2007, dalam Surtinah 2010).
            Perbanyakan tanaman tanaman selada adalah secara vegetatif, yaitu perbanyakan dengan biji.  Biji selada berbentuk pipih,kecil serta berbulu tajam(Rukmana,1994). Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu,agak keras, berwarna coklat, tua, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang 4 mm dan lebar 1mm.Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (perkembangbiakan)(Anonim,2012). Biji selada berbentuk lonjong pipih, berbulu agak keras. Berwarna coklat tua serta berurutan sangat kecil panjang 4mm dan lebar 1mm(Rizqi,2012). Selada memiliki biji berbentuk lonjong,pipih,berbulu,agak keras,berwarna coklat,serta berukuran kecil dengan panjang 4 mm dan lebar 1 mm.Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua,dan dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman(Rubatzky and Yamaguchi,1998 cit.Anonim,2011). Benih selada termasuk jenis benih ortodox, yaitu benih yang dapat disimpan dalam waktu yang lama.
           
Menurut Lauridsen (1999) perkecambahan (germination) adalah proses yang terjadi pada benih yang tidak dorman yang berakhir dengan muncul dan tumbuhnya akar embrio (radikel). Sekali proses ini terjadi tidak dapat kembali ke keadaan semula, yaitu benih tidak dapat kembali kekondisi dorman lagi menurut Schmidt (2000) perkecambahan merupakan batas antara benih yang masih tergantung pada sumber makanan dari induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri dalam mengambil hara. Menurut Milthore and Moorby (1979), tiga komponen utama lingkungan yang signifikan mempengaruhi perkecambahan yaitu: suhu, pasokan air dan dalamnya penaburan serta cahaya. Kisaran lingkungan perkecambahan umumnya pada suhu minimal 0 – 5 º C dan optimal pada suhu 28 – 30 º C.
Menurut Sutopo (1997 dalam Hj. Dina Naemah, S.Hut, MP) ada 2 faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu faktor dalam yang meliputi: tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air, temperatur, oksigen dan cahaya.
a.    Faktor dalam

1) Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum mencapai tingkat kemasakan fisiologis tidak mempunyai viabilitas tinggi. Pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Hal ini diduga benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum sempurna. Pada tingkat kemasakan yang bagaimanakah sebaiknya panen dilakukan agar diperoleh benih yang memiliki viabilitas maksimum, daya kecambah maksimum serta menghasilkan tanaman dewasa yang sehat, kuat dan berproduksi tinggi.

2) Ukuran benih
Karbohidrat, protein, lemak, dan mineral ada dalam jaringan penyimpanan benih. Bahan-bahan tersebut diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio saat perkecambahan. Berdasarkan hasil penelitian, ukuran benih mempunyai korelasi yang positif terhadap kandungan protein pada benih. Makin besar/berat ukuran benih maka kandungan protein juga makin meningkat.

3) Dormansi
Benih dorman adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah meskipun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi syarat untuk berkecambah. Penyebab dormansi antara lain adalah: impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat umum pada famili leguminosae), embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio oleh sebab-sebab mekanis dan adanya bahan-bahan penghambat perkecambahan. Benih dorman dapat dirangsang untuk berkecambah dengan perlakuan seperti: pemberian suhu rendah pada keadaan lembab (stratifikasi), goncangan (impaction), atau direndam dalam larutan asam sulfat.

4) Penghambat perkecambahan
Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih. Contoh zat-zat tersebut adalah: herbisida, coumarin, bahan-bahan yang terkandung dalam buah, larutan mannitol dan NaCl yang mempunyai tingkat osmotik tinggi, serta bahan yang menghambat respirasi (sianida dan fluorida). Semua persenyawaan tersebut menghambat perkecambahan tetapi tak dapat dipandang sebagai penyebab dormansi.

b.    Faktor luar

1) Air

Faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih ada 2, yaitu: sifat kulit pelindung benih dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya. Jumlah air yang diperlukan untuk berkecambah bervariasi tergantung kepada jenis benih, umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya.

2) Temperatur

Temperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan bagi berlangsungnya perkecambahan benih. Temperatur minimum/maksimum adalah temperatur terendah/tertinggi saat perkecambahan akan terjadi. Di bawah temperatur minimum atau di atas temperatur maksimum akan terjadi kerusakan benih dan terbentuknya kecambah abnormal.

3) Oksigen
Proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida, air dan energi. Proses perkecambahan dapat terhambat bila penggunaan oksigen terbatas. Namum demikian beberapa jenis tanaman seperti padi (Oryza sativa L.) mempunyai kemampuan berkecambah pada keadaan kurang oksigen.

4) Cahaya
Kebutuhan benih terhadap cahaya untuk berkecambah berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman. Benih yang dikecambahkan pada keadaan kurang cahaya atau gelap dapat menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi, yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak normal pada hipokotil atau epikotil, kecambah pucat dan lemah.
           
                Salah satu perlakuan yang sering dilakukan untuk perendamaman perkecambahan benih, yaitu dengan ZPT, salah satunya ZPT Hantu. ZPT Hantu ditemukan adalah pupuk organik Hantu. Pupuk Hantu merupakan Pupuk Cair danHormon yang ditemukan oleh Sujimin dari Bogor. Pupuk Hantu, singkatan dari “Hormon Tanaman Unggul” merupakan pupuk cair organik yang diperuntukkan bagisemua jenis tanaman. Pupuk Hantu dibuat dari sari tumbuh-tumbuhan herbal (Sujimin,2010 dalam Elis Kartika 2013).
            Pupuk Hantu mengandung Zat Pengatur Tumbuh yaitu GA3, GA5, GA7, Auksin, Sitokinin (kinetin & zeatin) serta memiliki kandungan unsur hara makro N, P, K, dan unsur mikro Na, Mg, Cu, Fe, Mn, Zn, Co, Cd, dan Pb yang sangat berguna bagi tanaman (Prana, 2009 dalam Elis Kartika, dkk 2013 ).
            Giberilin sebagai hormon tumbuh tanaman berperan dalam mendukung perpanjangan sel, pembentukan RNA baru dan sintesa protein.Auksin berperan pembesaran sel dan memacu pemanjangan sel didaerah meristem ujung. Sitokinin merangsang pembesaran sel ( sitokinesis ) dan diferensiasi mitosis, disintesis melalui akar dan ditranslokasi melalui pembuluh xilem. Di dalam alam tidak satu unsurpun yang berdiri sendiri. Kesemuanya berinteraksi antara satu sama lainnya, sehingga merupakan suatu sistem. Begitu pula dengan zat pengatur tumbuh. Pada tanaman, zat pengatur tumbuh auxin, gibberellin dan cytokinin bekerja tidak sendiri-sendiri, tetapi ketiga hormon tersebut bekerja secara berinteraksi yang dicirikan dalam perkembangan tanaman ( Fiona, 2008 dalam Surtinah 2010).
            Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini , pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media persamain benih. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanam apabila tanaman sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Selain itu, keunggulan media pasir dapat meningkatkan drainase dan aerase pada proses perkecambahan. Pasir mempunyai porositas makro maka evaporasinya tinggi, dengan demikian dibutuhkan penyiraman yang intensif
           
           
           


BAB. III. BAHAN DAN METODE

A.   Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian, Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, Riau. Praktikum ini dilaksanakan pada 22 Desember 2015 sampai 28 Desember 2015.

B.   Bahan dan Alat
Bahan : benih selada, pasir halus, ZPT Hantu 2 cc, dan air .
Alat : wadah pengecambah berupa talam, hand sprayer, ember, alat tulis, penggaris, camera HP

C.   Metode dan Cara Kerja
1.    Perlakuan :
a.    Perendaman Benih Selada ( Luctuva sativa L ) dengan ZPT Hantu selama 2 jam.
b.    Perendaman Benih Selada ( Lactuva sativa L ) dengan air Hantu selama 2 jam.

2.    Cara kerja :
ü  Menyediakan pasir halus sebagai media tanam.
ü  Pasir dalam media, dibagi menjadi 2 bagian untuk  penanaman benih.
ü  Membuat larutan ZPT Hantu, 2 cc dengan air 1 L, dengan menggunakan gelas ukur 1000 cc, maka didapatkan larutan dengan konsentrasi 0,2 %.
ü  Benih seledri kemudian direndam dalam 2 perlakuan, yaitu perlakuan I, dengan merendam dengan larutan ZPT Hantu, dan perlakuan II merendam benih dengan air selama 2 jam.
ü  Benih selada ( Lactuva sativa L ) yang sudah direndam ditanam ke mediaa sebanyak 20 biji / bagian daratan.
ü  Penyiraman kecambah.




















BAB. IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   HASIL
RUMUS – RUMUS PERHITUNGAN
a.    Daya Berkecambah ( % )
Daya berkecambah =  x 100 %

b.    Kecambah Vigor =  X 100 %

c.    Kecepatan Tumbuh ( cm )

Kec. tumbuh =  X 1 cm                                
d.    Kecepatan Berkecambah ( kecambah )
Kec. Berkecambah =



TABEL HASIL PENGAMATAN

1.    Daya Berkecambah ( % )
Perendaman air
Perendaman ZPT
60 %
95 %

2.    Kecambah Vigor ( % )
Perendaman air
Perendaman ZPT
75 %
94,74 %


3.    Kecepatan tumbuh ( cm/hari )
Perendaman air
Perendaman ZPT
0,7 cm / hari
1,02 cm / hari

4.    Kecepatan berkecambah ( kecambah / hari )
Perendaman air
Perendaman ZPT
2 kecambah / hari
3,2 kecambah / hari


B.   PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil data diatas, dapat dianalisis bahwa hasil perkecambahan dari semua parameter pengamatan, berbeda antara kedua perlakuan, dimana perlakuan dengan perendaman ZPT mempunyai nilai yang lebih tinggi. Perlakuan waktu antara dua bahan pelarut sama,yakni  merendam benih selada selama 2 jam, media tanam yang sama yaitu pasir halus.Hasil tertinggi pada perendaman ZPT hantu, daya kecambah 95 %, kecambah vigor 94,74 %, kecapatan tumbuh 1,02 cm / hari, dan kecepatan berkecambah 3,2 kecambah / hari. Pengujian secara statistik sangat berbeda.
Hasil data ZPT hantu, menyatakan bahwa dengan perendaman ZPT hantu lebih viabilitas dalam perkecambahan. Proses perkecambahan diawali dengan penyerapan air oleh benih, secara fisika air berperan dalam proses imbibisi, yang menyebabkan pecahnya taste. Pecahnya taste memberikan failitas masuknya oksigen kemudian lanjut ke proses kimia. Masuknya air kedalam benih akan mengaktifkan enzim, yang berfungsi sebagai biokatalisator, oksigen yang masuk kedalam benih akan melakukan reaksi katabolisme,yaitu respirasi yang dibantu dengan enzim akan akan merombak cadangan makanan yang ada dalam embrio, enzim amilase bekerja memecah epung menjadi maltosa selanjutkanya maltosa dihodrolisis menjadi glukosa. Kemudian asam asam amino dirangkai menjadi protein yng berfungsi menyusun sel – sel baru, dengan perombakan cadangan makanan melalui respirasi didapatkan energi, yang aktif untuk tumbuh.
Air dengan larutan ZPT Hantu yang mengandung hormon sitokinin akan merangsang pembelahan sel yang lebih cepat, untuk memunculkan tanda kehidupan baru. Hormon auksin akan akan memacu pemanjang sel maristem ujung untuk calon radikula dan plumula, sedangkan giberilin akan melakukan sintesa protein untuk proses pertumbuhan. Selain mengandung hormon perangsang ZPT Hantu juga mengandung unsur hara makro dan mikro yang sangat diperlukan tanaman. memiliki kandungan unsur hara makro N, P, K, dan unsur mikro Na, Mg, Cu, Fe, Mn, Zn, Co, Cd, dan Pb yang sangat berguna bagi tanaman (Prana, 2009 dalam Elis Kartika, dkk 2013 ). ZPT Hantu memiliki kandungan unsur hara makro N, P, K, dan unsur mikro Na, Mg, Cu, Fe, Mn, Zn, Co, Cd, dan Pb yang sangat berguna bagi tanaman (Prana, 2009 dalam Elis Kartika, dkk 2013 ). Unsur N sebagai pembentuk protein, P berfungsi dalam sintesa DNA/RNA, sebagai transfer energi. Apabila kita bandingkan dengan air yang hanya mengandung unsur H dan O, maka kandungan air tidak ada apanya dibanding ZPT. Berdasarkan kandungan yang ada dalam ZPT Hantu, yaitu hormon perangsang tumbuh dan unsur-unsur hara essensial. Kedua jenis kandungan ini adalah faktor yang sangat mendukung proses perkecambahan. Terbukti dengan hasil praktikum, perendaman benih dengan hantu memiliki daya kecambah 95 %, sedangkan perendaman benih selada dengan air murni mendapatkan nilai 60 %, perdedaannya sangat nyata, yaitu 30 %.
Keberhasilan perkecambahan selain dari faktor perendaman dan ZPT Hantu, juga tidak pernah lepas dari faktor lingkungan, salah satunya adalah suhu dan faktor media tanam. Menurut Milthore and Moorby (1979 Hj. Dina Naemah, S.Hut, MP) suhu pada perkecambahan minimal 0 – 5 ° C dan maksimal 28 – 30° C. Pada praktikum yang dilakukan di rumah kasa, suhu rata – rata tiap harinya berada pada suhu maksimal. Suhu sangat perpengaruh terhadap enzim, apabila suhu tinggi maka enzim akan rusak, dan tidak bisa dipakai kembali. Untuk menghindari kegagalan diakibatkan suhu yang selalu maksimal didalam rumah kaca, dilakukan penganan yang optimal, yakni dengan penyiraman yang intensif, berkisar 2 – 3 kali per hari, hal ini bertujuan menjaga suhu kecambah agar tetap normal. Suhu yang terlalu tinggi didalam rumah kasa ini, mengakibatkan laju evapotranspirasi sangat tinggi,apabila tidak dilakukan penyiraman yang sangat rutin, jumlah air yang tersedia dalam kecambah dan media tanam tidak menyeimbangi evapotranspiras, akibatnya dapat mengganggu proses fisiologis kecambah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mulyani, Rosadi, dan Tusi (2008 dala Surtinah 2010), bahwa media yang paling baik untuk perkecamabahan selada adalah media pasir. Pasir dengan porositas yang sangat tinggi memudahkan kecambah menembus media tersebut, maupun radikula dengan mudah menembus porositas pasir, apabila porositas media tinggi maka aerase drainase baik, sehingga pernafasan akar berjalan lancar.










BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan
a.    Perendaman dengan larutan ZPT Hantu 2 cc mendapatkan hasil terbaik keviabilitasan benih selada.
b.    Berdasarkan hasil statistik hasil kedua perlakuan berselisih cukup besar.


B.   Saran
a.    Sebaiknya lakukan perendaman benih selada dengan larutan ZPT hantu, untuk mendapatkan viabilitas kecambah yang baik.
b.    Apaila ingin melaukan perkecambahan, hindari suhu yang selalu maksimal untuk mencegah kegagalan.










DAFTAR PUSTAKA

Andhi, Tatag, 2011. Studi Aspek Fisiologi dan Biokimia Perkecambahan Benih jagung ( Zea mays L ) Pada Umur Penyimpanan Benih yang Berbeda, Faperta UGM,.2,3.
Ardana Yuli, 2014. Pengaruh Lama Waktu Perendaman denganAir terhadap Daya Berkecambah Trembesi ( Samena saman ), Jurnal Sylva Lestari. 28.
Kartika Elis, dkk, 2013. Tanggapan Tanaman Tomat ( Lycopersicum esculentum. Mill ) Terhadap Pemberian Kombinasi Pupuk Organik dan anorganik, FAPERTA UNIL, Vol.2.No.3. 5-7.
Naemah Dina,2012. Teknik Lama Perendaman terhadap Kecmbah Benih Jelutung ( Dyere polypiylla Miq. Steems ). UNLAM, 10-12,18-21.
Saiful Huda, M, 2014. Pengujian Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Perkecambahan Kacang Hijau, SMA 1 Kudus, 5.
Surtinah, 2010. Pengujian Pupuk Hantu Terhadap Perkecambahan Benih Selada ( Lactuva sativa L ). Jurnal Ilmiah Pertanian, Vol.7, 30-32.
Tresniawati Cici,dkk, 2014. Perubahan Fisik, Fisiologi dan Biokimia Pada Pemasakan Benih Kemiri Sunan. J.Agron Indonesia 42 ( 1 ). 5.
Zuhaida Laila,dkk, 2011. Pertumbuhan dan Hasil Selada (Lactuva sativa  L ) diperkaya Fe. FAPERTA UGM, 3.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar