BAB.
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Tanaman selada ( Lactuva sativa L ) adalah tanaman sayuran semusim dari kelas
dikotil, famili asteraceae biasa ditanam dideerah iklim sedang maupun daerah
tropika, biasanya digunakan konsumen sebagai salad. Restoran-restoran serta
hotel juga menggunakan selada dalam masakannya, misalnya salad, hamburger, dan
gado-gado. Adapun kandungan vitamin yang terdapat di
dalam daun selada diantaranya: vitamin A, vitamin B, vitamin C yang sangat
berguna untuk kesehatan tubuh (Pracaya, 2007).
Tanaman selada dikembangbiakan melalui
biji, Biji
selada berbentuk pipih,kecil serta berbulu tajam(Rukmana,1994). Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih,
berbulu,agak keras, berwarna coklat, tua, serta berukuran sangat kecil, yaitu
panjang 4 mm dan lebar 1mm.Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping
dua, dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (perkembangbiakan)(Anonim,2012).
Untuk produksi selada di kota Pekanbaru, petani belum
bisa mencukupi kebutuhan lokal. Salah satu faktor utamanya yaitu, teknik
perbanyakannya. Perbanyakan tanaman selada diperbanyak secara generatif, dalam
perbanyakan inilah kendala kegagalan yang besar dihadapi petani, sehingga minat
petani kurang dalam budidaya selada. Persentase perkecambahan benih selada
berkisar antara 40 % - 75 % ( Surtinah, 2010 ). Untuk memecahkan masalah ini,
para ahli pertanian telah mencoba melakukan penelitian, beberapa cara telah
temukan, salah satunya adalah dengan perendaman dengan ZPT.
Air adalah induk kehidupan, air sangat berperan dalam proses perkecambahan
benih. Air berperan dalam proses imbibisi. Imbibisi merupakan
penyerapan air oleh imbiban, contohnya penyerapan air oleh benih dalam proses
awal perkecambahan, benih akan membesar, kulit benih pecah, dan terjadi perkecambahan
yang ditandai oleh keluarnya radikula dari dalam benih.
Pupuk Hantu "Hormon Tanaman Unggul" produk yang
sangat bermanfaat untuk semua tanaman maupun mikro organisme tanah karena
merupakan materi utama pembentuk probiotik terlarut di dalam nutrisinya yang
sangat dibutuhkan tetapi tidak dapat diproduksi sendiri oleh makhluk hidup
(Sujimin, 2010). Pupuk Hantu mengandung Zat Pengatur Tumbuh yaitu GA3, GA5,
GA7, Auksin, Sitokinin (kinetin & zeatin) serta memiliki kandungan unsur
hara makro N, P, K, dan unsur mikro Na, Mg, Cu, Fe, Mn, Zn, Co, Cd, dan Pb yang
sangat berguna bagi tanaman.(Prana, 2009).
1.2.
Tujuan
Praktikum
1. Mengetahui
pengaruh perendaman ZPT Hantu terhadap benih Selada ( Lactuva satuva L )
2. Mengetahui
pengaruh perendaman Air murni terhadap benih Selada ( Lactuva satuva L )
3. Mengetahui
pengaruh lama waktu perendaman dengan ZPT dan air terhadap benih selada ( Lactuva sativa L )
4. Mengetahui
pengaruh media pasir halus terhadap perkecambahan benih selada.
5. Mengetahui
viabitas biji selada pada kondisi tidak menguntungkan
BAB.II.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman selada (Lactuca sativa L)
merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki prospek dan nilai
komersial yang cukup baik. Semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia serta
meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya
permintaan akan sayuran. Kandungan gizi pada sayuran terutama vitamin dan
mineral tidak dapat disubtitusi melalui makanan pokok, Nazaruddin (2003). Adapun kandungan vitamin yang terdapat di
dalam daun selada diantaranya: vitamin A, vitamin B, vitamin C yang sangat
berguna untuk kesehatan tubuh (Pracaya, 2007, dalam Surtinah 2010).
Perbanyakan
tanaman tanaman selada adalah secara vegetatif, yaitu perbanyakan dengan biji. Biji selada berbentuk pipih,kecil serta
berbulu tajam(Rukmana,1994). Biji
tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu,agak keras, berwarna coklat,
tua, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang 4 mm dan lebar 1mm.Biji selada
merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dapat digunakan untuk perbanyakan
tanaman (perkembangbiakan)(Anonim,2012). Biji selada berbentuk lonjong pipih,
berbulu agak keras. Berwarna coklat tua serta berurutan sangat kecil panjang
4mm dan lebar 1mm(Rizqi,2012). Selada memiliki biji berbentuk
lonjong,pipih,berbulu,agak keras,berwarna coklat,serta berukuran kecil dengan
panjang 4 mm dan lebar 1 mm.Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping
dua,dan dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman(Rubatzky and Yamaguchi,1998 cit.Anonim,2011).
Benih selada termasuk jenis benih ortodox, yaitu benih yang dapat disimpan
dalam waktu yang lama.
Menurut Lauridsen (1999) perkecambahan
(germination) adalah proses yang terjadi pada benih yang tidak dorman
yang berakhir dengan muncul dan tumbuhnya akar embrio (radikel). Sekali
proses ini terjadi tidak dapat kembali ke keadaan semula, yaitu benih tidak
dapat kembali kekondisi dorman lagi menurut Schmidt (2000) perkecambahan
merupakan batas antara benih yang masih tergantung pada sumber makanan dari
induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri dalam mengambil hara. Menurut
Milthore and Moorby (1979), tiga komponen utama lingkungan yang signifikan
mempengaruhi perkecambahan yaitu: suhu, pasokan air dan dalamnya penaburan
serta cahaya. Kisaran lingkungan perkecambahan umumnya pada suhu minimal 0 – 5
º C dan optimal pada suhu 28 – 30 º C.
Menurut Sutopo (1997 dalam Hj. Dina
Naemah, S.Hut, MP) ada 2 faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu
faktor dalam yang meliputi: tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi,
dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air, temperatur,
oksigen dan cahaya.
a.
Faktor
dalam
1) Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum mencapai
tingkat kemasakan fisiologis tidak mempunyai viabilitas tinggi. Pada beberapa
jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Hal ini diduga
benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum
sempurna. Pada tingkat kemasakan yang bagaimanakah sebaiknya panen dilakukan
agar diperoleh benih yang memiliki viabilitas maksimum, daya kecambah maksimum
serta menghasilkan tanaman dewasa yang sehat, kuat dan berproduksi tinggi.
2) Ukuran benih
Karbohidrat, protein, lemak, dan
mineral ada dalam jaringan penyimpanan benih. Bahan-bahan tersebut diperlukan
sebagai bahan baku dan energi bagi embrio saat perkecambahan. Berdasarkan hasil
penelitian, ukuran benih mempunyai korelasi yang positif terhadap kandungan
protein pada benih. Makin besar/berat ukuran benih maka kandungan protein juga
makin meningkat.
3) Dormansi
Benih dorman adalah benih yang
sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah meskipun diletakkan pada
lingkungan yang memenuhi syarat untuk berkecambah. Penyebab dormansi antara
lain adalah: impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat umum
pada famili leguminosae), embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio oleh
sebab-sebab mekanis dan adanya bahan-bahan penghambat perkecambahan. Benih
dorman dapat dirangsang untuk berkecambah dengan perlakuan seperti: pemberian
suhu rendah pada keadaan lembab (stratifikasi), goncangan (impaction), atau
direndam dalam larutan asam sulfat.
4) Penghambat perkecambahan
Banyak zat-zat yang diketahui dapat
menghambat perkecambahan benih. Contoh zat-zat tersebut adalah: herbisida, coumarin,
bahan-bahan yang terkandung dalam buah, larutan mannitol dan NaCl yang
mempunyai tingkat osmotik tinggi, serta bahan yang menghambat respirasi
(sianida dan fluorida). Semua persenyawaan tersebut menghambat perkecambahan
tetapi tak dapat dipandang sebagai penyebab dormansi.
b.
Faktor
luar
1) Air
Faktor yang mempengaruhi penyerapan
air oleh benih ada 2, yaitu: sifat kulit pelindung benih dan jumlah air yang
tersedia pada medium sekitarnya. Jumlah air yang diperlukan untuk berkecambah
bervariasi tergantung kepada jenis benih, umumnya tidak melampaui dua atau tiga
kali dari berat keringnya.
2) Temperatur
Temperatur optimum adalah temperatur
yang paling menguntungkan bagi berlangsungnya perkecambahan benih. Temperatur
minimum/maksimum adalah temperatur terendah/tertinggi saat perkecambahan akan
terjadi. Di bawah temperatur minimum atau di atas temperatur maksimum akan
terjadi kerusakan benih dan terbentuknya kecambah abnormal.
3) Oksigen
Proses respirasi akan berlangsung
selama benih masih hidup. Pada saat perkecambahan berlangsung, proses respirasi
akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan
karbon dioksida, air dan energi. Proses perkecambahan dapat terhambat bila
penggunaan oksigen terbatas. Namum demikian beberapa jenis tanaman seperti padi
(Oryza sativa L.) mempunyai kemampuan berkecambah pada keadaan kurang
oksigen.
4) Cahaya
Kebutuhan benih terhadap cahaya untuk
berkecambah berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman. Benih yang
dikecambahkan pada keadaan kurang cahaya atau gelap dapat menghasilkan kecambah
yang mengalami etiolasi, yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak normal pada
hipokotil atau epikotil, kecambah pucat dan lemah.
Salah satu perlakuan yang
sering dilakukan untuk perendamaman perkecambahan benih, yaitu dengan ZPT,
salah satunya ZPT Hantu. ZPT Hantu ditemukan adalah pupuk organik Hantu. Pupuk
Hantu merupakan Pupuk Cair danHormon yang ditemukan oleh Sujimin dari Bogor.
Pupuk Hantu, singkatan dari “Hormon Tanaman Unggul” merupakan pupuk cair
organik yang diperuntukkan bagisemua jenis tanaman. Pupuk Hantu dibuat dari
sari tumbuh-tumbuhan herbal (Sujimin,2010 dalam Elis Kartika 2013).
Pupuk Hantu mengandung Zat Pengatur
Tumbuh yaitu GA3, GA5, GA7, Auksin, Sitokinin (kinetin & zeatin) serta memiliki
kandungan unsur hara makro N, P, K, dan unsur mikro Na, Mg, Cu, Fe, Mn, Zn, Co,
Cd, dan Pb yang sangat berguna bagi tanaman (Prana, 2009 dalam Elis Kartika,
dkk 2013 ).
Giberilin
sebagai hormon tumbuh tanaman berperan dalam mendukung perpanjangan sel,
pembentukan RNA baru dan sintesa protein.Auksin berperan pembesaran sel dan
memacu pemanjangan sel didaerah meristem ujung. Sitokinin merangsang pembesaran
sel ( sitokinesis ) dan diferensiasi mitosis, disintesis melalui akar dan
ditranslokasi melalui pembuluh xilem. Di
dalam alam tidak satu unsurpun yang berdiri sendiri. Kesemuanya berinteraksi
antara satu sama lainnya, sehingga merupakan suatu sistem. Begitu pula dengan
zat pengatur tumbuh. Pada tanaman, zat pengatur tumbuh auxin, gibberellin dan
cytokinin bekerja tidak sendiri-sendiri, tetapi ketiga hormon tersebut bekerja
secara berinteraksi yang dicirikan dalam perkembangan tanaman ( Fiona, 2008
dalam Surtinah 2010).
Pasir
sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah.
Sejauh ini , pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media
persamain benih. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan
bibit tanam apabila tanaman sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain.
Selain itu, keunggulan media pasir dapat meningkatkan drainase dan aerase pada
proses perkecambahan. Pasir mempunyai porositas makro maka evaporasinya tinggi,
dengan demikian dibutuhkan penyiraman yang intensif
BAB. III. BAHAN DAN METODE
A.
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas
Pertanian, Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, Riau. Praktikum ini
dilaksanakan pada 22 Desember 2015 sampai 28 Desember 2015.
B. Bahan
dan Alat
Bahan
: benih selada, pasir halus, ZPT Hantu 2 cc, dan air .
Alat
: wadah pengecambah berupa talam, hand sprayer, ember, alat tulis, penggaris,
camera HP
C.
Metode dan Cara Kerja
1. Perlakuan
:
a. Perendaman
Benih Selada ( Luctuva sativa L )
dengan ZPT Hantu selama 2 jam.
b. Perendaman
Benih Selada ( Lactuva sativa L )
dengan air Hantu selama 2 jam.
2. Cara
kerja :
ü Menyediakan
pasir halus sebagai media tanam.
ü Pasir
dalam media, dibagi menjadi 2 bagian untuk
penanaman benih.
ü Membuat
larutan ZPT Hantu, 2 cc dengan air 1 L, dengan menggunakan gelas ukur 1000 cc,
maka didapatkan larutan dengan konsentrasi 0,2 %.
ü Benih
seledri kemudian direndam dalam 2 perlakuan, yaitu perlakuan I, dengan merendam
dengan larutan ZPT Hantu, dan perlakuan II merendam benih dengan air selama 2
jam.
ü Benih
selada ( Lactuva sativa L ) yang
sudah direndam ditanam ke mediaa sebanyak 20 biji / bagian daratan.
ü Penyiraman
kecambah.
BAB. IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
RUMUS – RUMUS PERHITUNGAN
a. Daya
Berkecambah ( % )
Daya berkecambah =
x
100 %

b. Kecambah
Vigor =
X
100 %

c. Kecepatan
Tumbuh ( cm )
Kec. tumbuh =
X 1
cm

d. Kecepatan
Berkecambah ( kecambah )
Kec. Berkecambah = 

TABEL HASIL PENGAMATAN
1.
Daya
Berkecambah ( % )
Perendaman
air
|
Perendaman
ZPT
|
60
%
|
95
%
|
2.
Kecambah
Vigor ( % )
Perendaman
air
|
Perendaman
ZPT
|
75
%
|
94,74
%
|
3.
Kecepatan
tumbuh ( cm/hari )
Perendaman
air
|
Perendaman
ZPT
|
0,7
cm / hari
|
1,02
cm / hari
|
4.
Kecepatan
berkecambah ( kecambah / hari )
Perendaman
air
|
Perendaman
ZPT
|
2
kecambah / hari
|
3,2
kecambah / hari
|
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil data diatas, dapat dianalisis bahwa hasil perkecambahan dari semua
parameter pengamatan, berbeda antara kedua perlakuan, dimana perlakuan dengan
perendaman ZPT mempunyai nilai yang lebih tinggi. Perlakuan waktu antara dua
bahan pelarut sama,yakni merendam benih
selada selama 2 jam, media tanam yang sama yaitu pasir halus.Hasil tertinggi
pada perendaman ZPT hantu, daya kecambah 95 %, kecambah vigor 94,74 %,
kecapatan tumbuh 1,02 cm / hari, dan kecepatan berkecambah 3,2 kecambah / hari.
Pengujian secara statistik sangat berbeda.
Hasil
data ZPT hantu, menyatakan bahwa dengan perendaman ZPT hantu lebih viabilitas
dalam perkecambahan. Proses perkecambahan diawali dengan penyerapan air oleh
benih, secara fisika air berperan dalam proses imbibisi, yang menyebabkan
pecahnya taste. Pecahnya taste memberikan failitas masuknya oksigen kemudian
lanjut ke proses kimia. Masuknya air kedalam benih akan mengaktifkan enzim,
yang berfungsi sebagai biokatalisator, oksigen yang masuk kedalam benih akan
melakukan reaksi katabolisme,yaitu respirasi yang dibantu dengan enzim akan
akan merombak cadangan makanan yang ada dalam embrio, enzim amilase bekerja
memecah epung menjadi maltosa selanjutkanya maltosa dihodrolisis menjadi
glukosa. Kemudian asam asam amino dirangkai menjadi protein yng berfungsi
menyusun sel – sel baru, dengan perombakan cadangan makanan melalui respirasi
didapatkan energi, yang aktif untuk tumbuh.
Air dengan larutan ZPT Hantu yang mengandung hormon
sitokinin akan merangsang pembelahan sel yang lebih cepat, untuk memunculkan
tanda kehidupan baru. Hormon auksin akan akan memacu pemanjang sel maristem ujung
untuk calon radikula dan plumula, sedangkan giberilin akan melakukan sintesa
protein untuk proses pertumbuhan. Selain mengandung hormon perangsang ZPT Hantu
juga mengandung unsur hara makro dan mikro yang sangat diperlukan tanaman. memiliki
kandungan unsur hara makro N, P, K, dan unsur mikro Na, Mg, Cu, Fe, Mn, Zn, Co,
Cd, dan Pb yang sangat berguna bagi tanaman (Prana, 2009 dalam Elis Kartika,
dkk 2013 ). ZPT Hantu memiliki kandungan unsur hara
makro N, P, K, dan unsur mikro Na, Mg, Cu, Fe, Mn, Zn, Co, Cd, dan Pb yang
sangat berguna bagi tanaman (Prana, 2009 dalam Elis Kartika, dkk 2013 ).
Unsur
N sebagai pembentuk protein, P berfungsi dalam sintesa DNA/RNA, sebagai
transfer energi. Apabila kita bandingkan dengan air yang hanya mengandung unsur
H dan O, maka kandungan air tidak ada apanya dibanding ZPT. Berdasarkan
kandungan yang ada dalam ZPT Hantu, yaitu hormon perangsang tumbuh dan
unsur-unsur hara essensial. Kedua jenis kandungan ini adalah faktor yang sangat
mendukung proses perkecambahan. Terbukti dengan hasil praktikum, perendaman
benih dengan hantu memiliki daya kecambah 95 %, sedangkan perendaman benih
selada dengan air murni mendapatkan nilai 60 %, perdedaannya sangat nyata,
yaitu 30 %.
Keberhasilan perkecambahan selain dari faktor perendaman
dan ZPT Hantu, juga tidak pernah lepas dari faktor lingkungan, salah satunya
adalah suhu dan faktor media tanam. Menurut Milthore and Moorby (1979 Hj. Dina
Naemah, S.Hut, MP) suhu pada perkecambahan minimal 0 – 5 ° C dan maksimal 28 –
30° C. Pada praktikum yang dilakukan di rumah kasa, suhu rata – rata tiap
harinya berada pada suhu maksimal. Suhu sangat perpengaruh terhadap enzim,
apabila suhu tinggi maka enzim akan rusak, dan tidak bisa dipakai kembali.
Untuk menghindari kegagalan diakibatkan suhu yang selalu maksimal didalam rumah
kaca, dilakukan penganan yang optimal, yakni dengan penyiraman yang intensif,
berkisar 2 – 3 kali per hari, hal ini bertujuan menjaga suhu kecambah agar
tetap normal. Suhu yang terlalu tinggi didalam rumah kasa ini, mengakibatkan
laju evapotranspirasi sangat tinggi,apabila tidak dilakukan penyiraman yang
sangat rutin, jumlah air yang tersedia dalam kecambah dan media tanam tidak
menyeimbangi evapotranspiras, akibatnya dapat mengganggu proses fisiologis
kecambah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mulyani, Rosadi,
dan Tusi (2008 dala Surtinah 2010), bahwa media yang paling baik untuk
perkecamabahan selada adalah media pasir. Pasir dengan porositas yang sangat tinggi
memudahkan kecambah menembus media tersebut, maupun radikula dengan mudah
menembus porositas pasir, apabila porositas media tinggi maka aerase drainase
baik, sehingga pernafasan akar berjalan lancar.
BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
a. Perendaman
dengan larutan ZPT Hantu 2 cc mendapatkan hasil terbaik keviabilitasan benih
selada.
b. Berdasarkan
hasil statistik hasil kedua perlakuan berselisih cukup besar.
B. Saran
a. Sebaiknya
lakukan perendaman benih selada dengan larutan ZPT hantu, untuk mendapatkan
viabilitas kecambah yang baik.
b. Apaila
ingin melaukan perkecambahan, hindari suhu yang selalu maksimal untuk mencegah
kegagalan.
DAFTAR PUSTAKA
Andhi, Tatag, 2011. Studi Aspek Fisiologi dan
Biokimia Perkecambahan Benih jagung ( Zea
mays L ) Pada Umur Penyimpanan Benih yang Berbeda, Faperta UGM,.2,3.
Ardana Yuli, 2014. Pengaruh Lama Waktu
Perendaman denganAir terhadap Daya Berkecambah Trembesi ( Samena saman ),
Jurnal Sylva Lestari. 28.
Kartika Elis, dkk, 2013. Tanggapan Tanaman
Tomat ( Lycopersicum esculentum. Mill
) Terhadap Pemberian Kombinasi Pupuk Organik dan anorganik, FAPERTA UNIL,
Vol.2.No.3. 5-7.
Naemah Dina,2012. Teknik Lama Perendaman terhadap
Kecmbah Benih Jelutung ( Dyere polypiylla
Miq. Steems ). UNLAM, 10-12,18-21.
Saiful Huda, M, 2014. Pengujian Jenis Media
Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Perkecambahan Kacang Hijau, SMA 1 Kudus, 5.
Surtinah, 2010. Pengujian Pupuk Hantu Terhadap
Perkecambahan Benih Selada ( Lactuva
sativa L ). Jurnal Ilmiah Pertanian, Vol.7, 30-32.
Tresniawati Cici,dkk, 2014. Perubahan Fisik,
Fisiologi dan Biokimia Pada Pemasakan Benih Kemiri Sunan. J.Agron Indonesia 42
( 1 ). 5.
Zuhaida Laila,dkk, 2011. Pertumbuhan dan
Hasil Selada (Lactuva sativa L ) diperkaya Fe. FAPERTA UGM, 3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar