Minggu, 17 Januari 2016

Pengaruh ZPT Hantu terhadap pembibitan selada ( Lactuva sativa)


BAB. I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Tanaman hias mencakup semua tumbuhan, baik berbentuk terna, merambat, semak, perdu, ataupun pohon, yang sengaja ditanam orang sebagai komponen taman, kebun rumah, penghias ruangan, upacara, komponen riasan/busana, atau sebagai komponen karangan bunga. Bunga potong pun dapat dimasukkan sebagai tanaman hias. Dalam konteks umum, tanaman hias adalah salah satu dari pengelompokan berdasarkan fungsi dari tanaman hortikultura. Bagian yang dimanfaatkan orang tidak semata bunga, tetapi kesan keindahan yang dimunculkan oleh tanaman ini. Selain bunga (warna dan aroma), daun, buah, batang, bahkan pepagan dapat menjadi komponen yang dimanfaatkan.
Tanaman hias dapat diperbanyak dengan cara generatif yaitu menggunakan benihnya, dan cara vegetatif yaitu menggunakan organnya. Kedua cara ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Cara vegetatif adalah cara mendapatkan perbanyakan dalam waktu yang lebih singkat, mempunyai soifat yang sama dengan induknya, dan kelemahannya jumlahnya terbatas. Salah satu contoh perbanyakan vegetatif adalah stek. Stek Stek ( cutting ) merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif yang dapat dilakukan menggunakan organ akar, batang, maupun daun tanaman. Tanaman yang distek, salah satu organ tanamannya dipotong dan bisa langsung ditanam pada media penanaman. Teknik stek banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias dan buah.
Pembibibitan adalah proses penyemaian sebelum tanaman dipindahkan dipindahkan ke lapangan. Pembibitan berfungsi untuk menyediakan bibit yang berkualitas dalam jumlah yang memadai,  sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan, tata waktunya tepat dan bibitnya dapat  beradaptasi dengan kondisi setempat.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan adalah faktor eksternal atau faktor dari laur yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Faktor lingkungan adalah tanah, dan iklim ( suhu, cahaya matahari, temperatur, air ). Iklim adalah  kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Studi tentang iklim dipelajari dalam klimaologi.
Cahaya adalah faktor lingkungan yang sangat berpengaruh pada proses perumbuhan tanaman,cahaya berperan sebagai bahan fotosistesis. Fotosintesis adalah proses pembentukan senyawa – senyawa organik dari senyawa anorganik, dengan bantuan cahaya dan kloropil. Fotosintesis adalah cara tumbuhan untuk mendapatkan makanannya. Kebutuhan cahaya untuk fotosintesis tergantung panjang gelombang dan warna cahaya.
Naungan ( shading ) adalah cara yang biasa digunakan untuk proses pmbibitan, salah satu tujuan pemberian naungan dalam proses pembibitan adalah mengatur ik,im mikro pertumbuhan selama pembibitan. Pada pembibitan tanaman secara stek batang, pengaruh iklim mikro, sangat berpengaruh terhadap proses perangsangan pertubuhan tunas, misalnya intensitas cahaya, cahaya dalam proses pertumbuhan perangsangan dan pertumbuhan tunas tidak berperan, karena stek batang belum memiliki daun. Pada batang masih terdapat cadangan makanan, dan cadangan makanan ini yang akan digunakan untuk petumuhan tunas baru, pada proses perangsangan cahaya kurang berperan, karena dapat merusak hormon auksin, yang berperan penting dalam perangsangan tunas.

1.2.Tujuan Praktikum
1.      Untuk mengetahui pengaruh naungan terhadap pembibitan stek batang tanaman hias.
2.      Untuk mengetahui jenis naungan terbaik untuk pembibitan stek batang tanaman hias.


BAB.II. TINJAUAN PUSTAKA

            Tanaman hias mencakup semua tumbuhan, baik berbentuk terna, merambat, semak, perdu, ataupun pohon, yang sengaja ditanam orang sebagai komponen taman, kebun rumah, penghias ruangan, upacara, komponen riasan/busana, atau sebagai komponen karangan bunga. Bunga potong pun dapat dimasukkan sebagai tanaman hias. Dalam konteks umum, tanaman hias adalah salah satu dari pengelompokan berdasarkan fungsi dari tanaman hortikultura. Bagian yang dimanfaatkan orang tidak semata bunga, tetapi kesan keindahan yang dimunculkan oleh tanaman ini. Selain bunga (warna dan aroma), daun, buah, batang, bahkan pepagan dapat menjadi komponen yang dimanfaatkan. Dalam arsitektur lansekap, bentuk dan penempatan tanaman hias menjadi pertimbangan yang penting. Isu lainnya yang penting dalam tanaman hias adalah habitat alami yang disukai tumbuhan tersebut serta bentuk tajuk yang dimilikinya. Dalam pengertian ini, tanaman hias dapat mencakup pula tanaman tepi jalan serta tanaman penaung (di ruang terbuka).(https://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_hias)
Salah satu metode perbanyakan tanaman hias yang sederhana, mudah, dan
cepat adalah dengan melakukan penyetekan batang. Penyetekan dapat didefinisikansebagai suatu perlakuan pemisahan atau pemotongan beberapa bagian daritumbuhan seperti batang, akar, daun, dan tunas dengan maksud agar bagianbagiantersebut membentuk akar (Rochiman dan Harjadi, 1973). Keuntungan utama perbanyakan tumbuhan dengan cara stek adalah dapat menghasilkan tumbuhan yang sempurna dengan akar, daun, dan batang dalam waktu relatif singkat serta bersifat serupa dengan induknya. Dengan mempergunakan bahan yang sedikit, dapat dihasilkan sejumlah besar bibit tanaman yang seragam dalam ukuran tinggi, umur, ketahanan terhadap penyakit, maupun sifat tanamannya.
            Dalam pengembangan pertanian, pembibitan adalah hal penting untuk keberhasilan pertanaman dilapangan. Dalam penelitian Nugroho, dkk ( 2006 ), ada syarat yang harus diperhatiakn dalam pembibitan;
1. Lokasi
ü  Dekat sumber air dan airnya tersedia sepanjang tahun, terutama untuk menghadapi musimkemarau.
ü  Dekat jalan yang dapat dilewati kendaraan roda empat, untuk memudahkan kegiatan pengangkutan keluar dan masuk kebun.
ü  Terpusat sehingga memudahkan dalam perawatan dan pengawasan. Luasnya disesuaikan dengan kebutuhan produksi bibit.
ü  Lahan datar dan drainase baik
ü  Teduh dan terlindung dari ternak.

3.      Kesuburan tanah
ü  Diperlukan untuk kebun koleksi pohon induk dan kebun persemaian batang bawah, sehingga pertumbuhan dan produktivitas tanaman dapat optimal.
ü  Menunjang kemudahan dalam memperoleh media semai dan mediatanam dalam polybag.

4.       Kondisi iklim
ü  Daerah yang ideal untuk lokasi kebun pembibitan adalah daerah yang bersuhu udara sejuk, kelembaban udara yang relatif tinggi, serta curah hujan yang cukup akan menunjang pertumbuhan awal bibit tanaman.
ü  Kondisi sebaliknya justru diperlukan untuk kebun produksi buah dengan hari kering (kemarau) harus tegas terpisah dari hari hujan. Karena ini berpengaruh pada pembungaan dan pembuahan.

Perkembangan dan pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik adalah faktor yang berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri, seperti hormon, vitamin, pigmen, dan subrat-subsrat lainnya. Faktor lingkungan adalah faktor yang yang berasal dari luar tanaman, seperti tanah, suhu, cahaya, dan kelembapan ( Surtinah,2010 ). Rochiman dan Harjadi (1973) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyetekan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu faktor tanaman, faktor lingkungan, dan faktor pelaksanaan. Faktor tanaman, meliputi : macam bahan stek, umur bahan stek, adanya tunas dan daun pada stek, kandungan bahan makanan stek, dan pembentukan kalus. Faktor lingkungan, meliputi : media pertumbuhan, kelembaban, temperatur, dan aspek cahaya. Faktor pelaksanaan, meliputi : perlakuan sebelum pengambilan bahan stek, waktu pengambilan stek, pemotongan stek dan pelukaan, penggunaan ZPT, kebersihan alat pemotong, media perakaran, tempat pertumbuhan dan pemeliharaan. Ketersediaan air, kandungan bahan makanan, umur pohon induk, jenis kelamin tanaman, jenis tanaman, bagian tanaman, musim, dan adanya perlakuan ZPT juga mempengaruhi pertumbuhan stek (Kramer dan Kozlowsky, 1960).
Intensitas intensitas cahaya matahari merupakan faktor makro  pertumbuhan melalui proses fotosintesis, pembukaan stomata dan sintesis klorofil, sedangkan pengaruhnya terhadap pembesaran dan differensiasi sel terlihat pada pertumbuhan tinggi tanaman dan ukuran serta struktur daun dan batang (Kramer dan Kozlowski 1960). Menurut Bey dan Las (1991), mekanisme pengaruh radiasi surya pada tanaman terdiri atas : a. foto-energi (fotosintesis) dan foto stimuls yang terdiri atas proses pergerakan dan proses pembentukan (klorofil, pigmen, perluasan daun, pertunasan dan pembungaan).
Spektrum cahaya tampak adalah spektrum yang dapat membangkitkan proses fotosintesis yaitu pada spektrum PAR (Photosynthetic Active Radiation) atau energi cahaya tampak. Di dalam proses fotosintesis radiasi spektrum PAR diubah dari energi fisika menjadi energi kimia organik dan disimpan ke dalam gugus (CH2O)n atau karbohidrat di dalam sel organ (Nasir 2001). Spektrum ini biasa kita sebut dengancahaya. Reaksi cahaya dalam fotosintesis merupakan akibat langsung penyerapan foton oleh molekul-molekul pigmen seperti klorofil. Tidak seluruh foton memiliki tingkat energi yang cocok untuk menggiatkan pigmen daun. Pada kisaran di atas 760 nm foton tidak memiliki cukup energi dan dibawah 390 nm foton (bila diserap oleh daun) memiliki terlalu banyak energi, menyebabkan ionisasi dan kerusakan pigmen. Hanya foton yang mempunyai panjang gelombang antara 390 dan 760 nm (cahaya tampak) memiliki energi yang cocok untuk proses fotosintesis (Gardner 1991 diacu dalam Rudiyana 2000). Cahaya merah 600-700nm (respon fitokrom) aktif untuk induksi fotoperiodisitas pembungaan, perkembangan kloroplas (tidak termasuk sintesis klorofil), penuaan (senescence) daun dan absisi daun. Sedangkan PAR dari 500-600 nm, kelompok cahaya hijau, tergolong tidak aktif untuk fotosintesis. Cahaya merah jauh dengan panjang gelombang 700-800 nm juga tidak aktif untuk fotosintesis tetapi banyak mempengaruhi fotomorgenesis (Grant 1977). Menurut Salibusry dan Ross (1992); Grant (1997), cahaya dengan panjang gelombang lebih pendek akan menghasilkan energi foton yang lebih besar daripada cahaya dengan panjang gelombang lebih panjang. Adanya naungan dapat menyebabkan rendahnya foton yang dapat diserap (Neff, Frankhauser dan Chory 2000).
Setiap tanaman atau jenis pohon mempunyai toleransi yang berlainan terhadapcahaya matahari. Ada tanaman yang tumbuh baik di tempat terbuka sebaliknya ada beberapa tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada tempat teduh/naungan. Ada pula tanaman yang memerlukan intensitas cahaya yang berbeda sepanjang periode hidupnya. Pada waktu masih muda memerlukan cahaya dengan intensitas rendah dan menjelang sapihan mulai memerlukan cahaya dengan intensitas tinggi (Soekotjo1976dalam Faridah 1995).
Dalam penanaman dipembibitan utama, bibit menerlukan naugan secara individual untuk selama satu bulan. Naungan individual tersebut dapat menggunakan pelepah batang daun pisang, pelepah daun kelapa, daun-daunan yang dapat menutupi bibit, atau sejenis bahan naungan lainnya yang memenuhi persyaratan secara teknisi yang mampu menutupi dan melindungi bibit tanaman tersebut dari sinar cahaya matahari yang sangat berlebihan atau yang tidak diinginkan oleh bibit tersebut (Setyamidjaja, 2006).     Fungsi naungan pada bibit sewaktu kecil adalah untuk mengatur cahaya sinar matahari yang masuk ke pembibitan hanya berkisar antara 30-60% saja, menciptakan iklim mikro yang ideal atau baik bagi pertumbuhan awal bibit, menghindarkan bibit dari sengatan matahari langsung yang dapat membakar daun-daun yang masih muda, dan menurunkan suhu tanah pada disiang hari, memelihara kelembaban tanah, mengurangi derasnya curahan air hujan dan hemat penyiraman air (Nugrojo, dkk., 2006 dalam Indra S,dkk 2014).

           



















BAB. III. BAHAN DAN METODE

3.1.            Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di kebun percobaan  Fakultas Pertanian, Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, Riau. Praktikum ini dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember 2015. Kondisi tempat 16 km diatas permukaan laut.

3.2.            Bahan dan Alat                    
Bahan yang digunakan, yakni stek batang tanaman hias (bunga kertas, bunga kelada,melati, bungan bambu), tanah hitam, kompos, kayu, paranet, pelepah kelapa sawit, plastik hitam, botol aqua gelas , polibag, pot bunga,paku, tali plastik.
Alat ; parang, mesin babat, cangkul, meteren,ember, alat tulis, camera HP,martil, dan gunting.
           
3.3.            Metode Praktikum
3.3.1.      Metode praktikum yang diperlakukan sebagai berikut
a.                   Bibit stek tanaman hias tanpa dinaungi.
b.                  Bibit stek tanaman hias dinaungi dengan paranet.
c.                  Bibit stek tanaman hias dinaungi dengan pelepah kelapa siwit.
d.                 Bibit tanaman hias dinungi penuh dengan plastik hitam.

3.3.2.       Pengisan Media
Pengisian media dilakukan secara manual. Botol aqua gelas diisi dengan media tanah hitam dicampur dengan kompos dengan perbandingan 2 : 1 sampai padat, lalu botol dilubangi dengan paku.


3.3.3.       Penanaman
Penaman bibit stek ke media yang sudah diisi, dengan memberi lubang pada media, meletakkan bibit stek tanaman hias, kemudian dipadatkan.

3.3.4.       Penyiraman
Penyiraman pertama dilakukan pasca penanaman bibit stek, kemudian disiram kembali setelah  minggu, dengan intensitas tidak teratur.

3.3.5.       Pengendalian Gulma
Pengendalian secara mekanik, yaitu mencabut gulma bersama disekitar bibit dan didalam media penyemaian, pengendalian gulma dilakukan sebanyak 2 kali.

3.3.6.       Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada tanggal, 19 Desember 2015. Adpun parameter yang diamati, yaitu jumlah bibit stek tanaman hias yang mengluarkan tunas.
           








BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
Tabel Hasil Persentase Hidup Bibit Tanaman Hias
Jenis Naungan
Persentase Hidup ( % )
Tanpa Naungan
Shading net / paranet
Naungan kelapa sawit
Naungan plastik hitam/penuh


A.    PEMBAHASAN

            Berdasarkan data yang didapat, bahwa naungan dan jenis naungan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit stek tanaman hias. Empat jenis perlakuan yang dilakukan untuk pertumbuhan tanaman hias,yaitu bibit tanpa naungan, naungan paranet, naungan pelepah kelapaa sawit dan naungan plastik hitam/ penuh.  Bibit stek tanaman hias dengan naungan mendapatkan persentasi pertumbuhan tertinggi sebesar 41,27 %, dan hasil pertumbuhan terendah berada pada naungan plastik hitam sebesar 17,74 %, berarti bahwa naungan dengan plastik hitam/penuh kurang efektif dijadikan sebagai naungan bibit. Hasil pada naungan paranet menunjukan perbedaan yang signifikan dengan hasil tertinggi kedua, dengan naungan pelepah kelapa sawit yaitu sebesar 12, 3 %.
Naungan dan jenis naungan sangat mempengaruhi kuantitas bibit yang didapatkan, naungan berperan mengatur cahaya yang meninari pembibitan, menciptakan iklim mikro yang ideal atau baik bagi pertumbuhan awal bibit, menghindarkan bibit dari sengatan matahari langsung yang dapat membakar daun-daun yang masih muda, dan menurunkan suhu tanah pada disiang hari, memelihara kelembaban tanah, mengurangi derasnya curahan air hujan dan hemat penyiraman air (Nugrojo, dkk., 2006 dalam Indra S,dkk 2014). Terbukti pada praktikum ini bahwa naungan dan jenis naungan paranet,merupakan naungan terbaik untuk memperoleh bibit secara kuantitas. Parenet adalah jenis naungan yang telah diatur kerapatan sedemikian rupa, untuk mampu melindungi bibit dari intensitas cahaya yang terlalu tinggi. Intensitas cahaya terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap hormon auksin pada stek batang tanaman hias, hormon auksin sangat peka terhadap cahaya matahari, apabila cahaya terlalu tinggi, maka proses kerja auksin akan terhambat/rusak. Fungsi hormon auksin adalah merangsang pertumbuhan tunas, dengan terganggunya hormon auksin maka pertumbuhan tunas dan akar rendah.Selain fungsi menghambat auksin, cahaya juga berperan dalam iklim mikro pembibitan, iklim ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas stek batang, mengingat stek batang belum mampu melakukan fotosintesis, karena tidak memiliki daun. Fotosintesis adalah cara tanaman untuk mendapatkan makanannya. Stek batang, untuk menumbuhkan tunas baru menggunakan cadangan makanan yang tersedia didalam batang tersebut, apabila cahaya terlalu tinggi akan merusak enzim, dan proses biokimia didalam batang terhambat. Cahaya dapat meningkatan transiparsi dan evaporasi, apabila kandungan air tanah didalam pot tiak berimbang dengan intensitas cahaya, maka tanah akan sangat kering membuat tidak tersedianya air dalam tanah akibatnya pembelahan sel terganggu.
Curah hujan yang sangat tinggi dapat mengganggu pertumbuhan tunas stek batang, jika curah hujan semakin tinggi dapat merobohkan stek dari tanah, kemudian dapat mencuci unsur hara dalam tanah, yang menyebabkan berkurangnya unsur hara dalam tanah untuk proses pembelahan sel, hujan meningkatkan kelembapan, yang memungkinkan mikroba hadir pada tanaman dan menyebabkan penyakit pada stek batang.
Jenis naungan sangat menentukan hasil pembibitan, seperti diketahui dari data, naungan dengan plastik hitam penuh hanya mendapatkan hasil 17,71 % sangat tidak ekonomis. Plastik hitam dengan naungan penuh, tidak dapat menghantarkan panjang gelombang cahaya terhadap kebutuhan pertumbuhan taman dan bersifat menghambat cahaya, karena warna hitam tidak tembus cahaya tembus cahaya, tanaman hanya dapat menyerap langsung cahaya dengan panjang gelombang tampak melalu sudut bias. Perlu diketahui bahwa bibit stek yang tumbuh dan berkembang dalam waktu kurang lebih 2 bulan pada naungan plastik hitam penuh, hanya terdapat pada bibit paling pinggir. Hal ini membuktikan bahwa bibit pinggir yang mendapatkan sinar bias.
Naungan plastik hitam hitam penuh, menghambat air hujan pada bibit, sehingga kondisi tanah kering dan suhu disekitarnya panas, keringnya air  akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tunas karena air berperan dalam proses tranlokasi aksimilat dan pembelahan sel, dengan tidak adanya air hujan di tambah dengan penyiraman yang sangat minim maka kedua proses ini terhambat.
            Naungan dengan pelepah kelapa sawit mendapatkan hasil tertinggi kedua, yaitu sebesar 29,03 %,naugan ini kurang efektif kemungkian diaibatkan sistem kerapatan daun yang kurang sesuai dengan kondisi pembibitan.
            Pertumbuhan dan perkembangan bibit stek tanaman hias tanap naungan tidak berbeda jauh dengan hasilnaungan pelepah kelapa sawit, hanya selisih 0,9 %. Kemungkinan kejadian ini disebabkan iklim mikro disekitar pembibitan tanpa naungan tidak terlalu menekan proses pertumbuhan dan perkembangan tunas, karena cahaya dan dan hujan dapat langsung mengenai stek, diperkirakan antara intensitas cahaya dan hujan dapat diseimbangkan.
            Dari data yang diperoleh tabel diatas hasil pembibitn stek tanaman hias  tidak maksima, tidak ada yang mencapai 50 %. Beberapa penyebab hal itu, karena kesalahan pemindahan bibit dari tempat teduh cahaya ke lapangan pembibitan, seharusnya stek batang harus menggugurkan daunnya keseluruhan, baru dipindahkann kelapangan yang ada cahaya.Hal ini bertujuan perangsangan hormon auksin untuk perangsangan tunas. Kesalahan kedua adalah kurangnya intensitas  penyiraman, yang menyebabkan tingginya evapotranpirasi yang tidak seimbang dengan keadaan kandungan air, dan suhu bibit.







BAB.V.KESIMPLAN DAN SARAN

5.1.      Kesimpulan
Ø  Naungan dan jenis berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bibit stek tanaman hias.
Ø  Jenis naungan paranet merupakan, naungan terbaik untuk pembibitan stek batang tanaman hias.
Ø  Naungan plastik hitam/penuh tidak efektif dalam pemibitan.
5.2.      Saran
Ø  Sebelum memindahkan bibit stek kelapangan yang ada cahaya, terlebih dahulu disimpan ditempat yang teduh cahaya, untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Ø  Penyiraman bibit stek , sangat berpengaruh terhadap hasil bibit stek batang.











Daftar Pustaka

Lakitan Benyamin. 1993.Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT.Grafindo Persada,Jakarta.
Silasbury, FB dan C.W.Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid II.ITB Bandung,Bandng
Surtinah, 2010. Agronomi Tanaman Budidaya. Alaf Riau, Pekanbaru.
Putri , IR. 2009. Pengaruh intensitas Cahaya Terhadap pertumbuhan Jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dalam Teknik TPTI intensif. Skripsi, 5-8.

Amanah Siti.2009. Pertumbuhan Bibit Stek Selada ( Piper nigrum Linnaeus ) Pada Beberapa Macam Media dan Konsentrasi Auksin. Skripsi, 5,8.
Rahardiati, Kajian Pertumbuhan Stek Batang Sangitan (Sambucus javanica Reinw.) di Persamaian dan di Lapangan. Skripsi, 7-8.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar