BAB. I. PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Tanaman hias mencakup semua tumbuhan,
baik berbentuk terna,
merambat,
semak,
perdu,
ataupun pohon,
yang sengaja ditanam orang sebagai komponen taman,
kebun
rumah, penghias ruangan, upacara,
komponen riasan/busana,
atau sebagai komponen karangan bunga.
Bunga potong
pun dapat dimasukkan sebagai tanaman hias. Dalam konteks umum, tanaman hias
adalah salah satu dari pengelompokan berdasarkan fungsi dari tanaman hortikultura.
Bagian yang dimanfaatkan orang tidak semata bunga, tetapi kesan keindahan yang
dimunculkan oleh tanaman ini. Selain bunga
(warna dan aroma), daun,
buah,
batang,
bahkan pepagan
dapat menjadi komponen yang dimanfaatkan.
Tanaman
hias dapat diperbanyak dengan cara generatif yaitu menggunakan benihnya, dan
cara vegetatif yaitu menggunakan organnya. Kedua cara ini mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Cara vegetatif adalah cara mendapatkan perbanyakan dalam waktu
yang lebih singkat, mempunyai soifat yang sama dengan induknya, dan
kelemahannya jumlahnya terbatas. Salah satu contoh perbanyakan vegetatif adalah
stek. Stek Stek (
cutting ) merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif yang
dapat dilakukan menggunakan organ akar, batang, maupun daun tanaman. Tanaman
yang distek, salah satu organ tanamannya dipotong dan bisa langsung ditanam
pada media penanaman. Teknik stek banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman
hias dan buah.
Pembibibitan
adalah proses penyemaian sebelum tanaman dipindahkan dipindahkan ke lapangan. Pembibitan
berfungsi untuk menyediakan bibit yang berkualitas dalam jumlah yang
memadai, sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan, tata waktunya tepat
dan bibitnya dapat beradaptasi dengan kondisi setempat.
Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor genetik dan
faktor lingkungan. Faktor lingkungan adalah faktor eksternal atau faktor dari
laur yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Faktor lingkungan
adalah tanah, dan iklim ( suhu, cahaya matahari, temperatur, air ). Iklim
adalah kondisi rata-rata cuaca
berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain.
Studi tentang iklim dipelajari dalam klimaologi.
Cahaya
adalah faktor lingkungan yang sangat berpengaruh pada proses perumbuhan
tanaman,cahaya berperan sebagai bahan fotosistesis. Fotosintesis adalah proses
pembentukan senyawa – senyawa organik dari senyawa anorganik, dengan bantuan
cahaya dan kloropil. Fotosintesis adalah cara tumbuhan untuk mendapatkan
makanannya. Kebutuhan cahaya untuk fotosintesis tergantung panjang gelombang
dan warna cahaya.
Naungan
( shading ) adalah cara yang biasa digunakan untuk proses pmbibitan, salah satu
tujuan pemberian naungan dalam proses pembibitan adalah mengatur ik,im mikro
pertumbuhan selama pembibitan. Pada pembibitan tanaman secara stek batang,
pengaruh iklim mikro, sangat berpengaruh terhadap proses perangsangan
pertubuhan tunas, misalnya intensitas cahaya, cahaya dalam proses pertumbuhan
perangsangan dan pertumbuhan tunas tidak berperan, karena stek batang belum
memiliki daun. Pada batang masih terdapat cadangan makanan, dan cadangan
makanan ini yang akan digunakan untuk petumuhan tunas baru, pada proses
perangsangan cahaya kurang berperan, karena dapat merusak hormon auksin, yang
berperan penting dalam perangsangan tunas.
1.2.Tujuan
Praktikum
1. Untuk
mengetahui pengaruh naungan terhadap pembibitan stek batang tanaman hias.
2. Untuk
mengetahui jenis naungan terbaik untuk pembibitan stek batang tanaman hias.
BAB.II.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman hias mencakup semua tumbuhan,
baik berbentuk terna,
merambat, semak, perdu, ataupun pohon, yang sengaja
ditanam orang sebagai komponen taman, kebun rumah, penghias ruangan, upacara,
komponen riasan/busana,
atau sebagai komponen karangan bunga. Bunga potong pun dapat
dimasukkan sebagai tanaman hias. Dalam konteks umum, tanaman hias adalah salah
satu dari pengelompokan berdasarkan fungsi dari tanaman hortikultura.
Bagian yang dimanfaatkan orang tidak semata bunga, tetapi kesan keindahan yang
dimunculkan oleh tanaman ini. Selain bunga (warna dan aroma), daun, buah, batang,
bahkan pepagan
dapat menjadi komponen yang dimanfaatkan. Dalam arsitektur
lansekap, bentuk dan penempatan tanaman hias menjadi pertimbangan yang penting.
Isu lainnya yang penting dalam tanaman hias adalah habitat alami yang disukai
tumbuhan tersebut serta bentuk tajuk yang dimilikinya. Dalam pengertian ini, tanaman hias
dapat mencakup pula tanaman tepi jalan serta tanaman penaung (di ruang
terbuka).(https://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_hias)
Salah satu metode perbanyakan tanaman hias yang
sederhana, mudah, dan
cepat
adalah dengan melakukan penyetekan batang. Penyetekan dapat
didefinisikansebagai suatu perlakuan pemisahan atau pemotongan beberapa bagian
daritumbuhan seperti batang, akar, daun, dan tunas dengan maksud agar
bagianbagiantersebut membentuk akar (Rochiman dan Harjadi, 1973). Keuntungan
utama perbanyakan tumbuhan dengan cara stek adalah dapat menghasilkan tumbuhan
yang sempurna dengan akar, daun, dan batang dalam waktu relatif singkat serta
bersifat serupa dengan induknya. Dengan mempergunakan bahan yang sedikit, dapat
dihasilkan sejumlah besar bibit tanaman yang seragam dalam ukuran tinggi, umur,
ketahanan terhadap penyakit, maupun sifat tanamannya.
Dalam pengembangan pertanian, pembibitan
adalah hal penting untuk keberhasilan pertanaman dilapangan. Dalam penelitian
Nugroho, dkk ( 2006 ), ada syarat yang harus diperhatiakn dalam pembibitan;
1.
Lokasi
ü Dekat
sumber air dan airnya tersedia sepanjang tahun, terutama untuk menghadapi musimkemarau.
ü Dekat
jalan yang dapat dilewati kendaraan roda empat, untuk memudahkan kegiatan pengangkutan
keluar dan masuk kebun.
ü Terpusat
sehingga memudahkan dalam perawatan dan pengawasan. Luasnya disesuaikan dengan
kebutuhan produksi bibit.
ü Lahan
datar dan drainase baik
ü Teduh
dan terlindung dari ternak.
3. Kesuburan
tanah
ü Diperlukan
untuk kebun koleksi pohon induk dan kebun persemaian batang bawah, sehingga
pertumbuhan dan produktivitas tanaman dapat optimal.
ü Menunjang
kemudahan dalam memperoleh media semai dan mediatanam dalam polybag.
4. Kondisi iklim
ü Daerah
yang ideal untuk lokasi kebun pembibitan adalah daerah yang bersuhu udara
sejuk, kelembaban udara yang relatif tinggi, serta curah hujan yang cukup akan
menunjang pertumbuhan awal bibit tanaman.
ü Kondisi
sebaliknya justru diperlukan untuk kebun produksi buah dengan hari kering (kemarau)
harus tegas terpisah dari hari hujan. Karena ini berpengaruh pada pembungaan dan
pembuahan.
Perkembangan dan pertumbuhan tanaman dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik
adalah faktor yang berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri, seperti hormon,
vitamin, pigmen, dan subrat-subsrat lainnya. Faktor lingkungan adalah faktor
yang yang berasal dari luar tanaman, seperti tanah, suhu, cahaya, dan
kelembapan ( Surtinah,2010 ). Rochiman dan Harjadi (1973) mengemukakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi penyetekan dapat digolongkan menjadi tiga
bagian, yaitu faktor tanaman, faktor lingkungan, dan faktor pelaksanaan. Faktor
tanaman, meliputi : macam bahan stek, umur bahan stek, adanya tunas dan daun
pada stek, kandungan bahan makanan stek, dan pembentukan kalus. Faktor
lingkungan, meliputi : media pertumbuhan, kelembaban, temperatur, dan aspek
cahaya. Faktor pelaksanaan, meliputi : perlakuan sebelum pengambilan bahan
stek, waktu pengambilan stek, pemotongan stek dan pelukaan, penggunaan ZPT,
kebersihan alat pemotong, media perakaran, tempat pertumbuhan dan pemeliharaan.
Ketersediaan air, kandungan bahan makanan, umur pohon induk, jenis kelamin
tanaman, jenis tanaman, bagian tanaman, musim, dan adanya perlakuan ZPT juga
mempengaruhi pertumbuhan stek (Kramer dan Kozlowsky, 1960).
Intensitas intensitas
cahaya matahari merupakan faktor makro pertumbuhan melalui proses fotosintesis, pembukaan
stomata dan sintesis klorofil, sedangkan pengaruhnya terhadap pembesaran dan
differensiasi sel terlihat pada pertumbuhan tinggi tanaman dan ukuran serta
struktur daun dan batang (Kramer dan Kozlowski 1960). Menurut Bey dan Las
(1991), mekanisme pengaruh radiasi surya pada tanaman terdiri atas : a.
foto-energi (fotosintesis) dan foto stimuls yang terdiri atas proses pergerakan
dan proses pembentukan (klorofil, pigmen, perluasan daun, pertunasan dan pembungaan).
Spektrum cahaya tampak adalah spektrum yang
dapat membangkitkan proses fotosintesis yaitu pada spektrum PAR (Photosynthetic
Active Radiation) atau energi cahaya tampak. Di dalam proses fotosintesis
radiasi spektrum PAR diubah dari energi fisika menjadi energi kimia organik dan
disimpan ke dalam gugus (CH2O)n atau karbohidrat di dalam sel organ (Nasir
2001). Spektrum ini biasa kita sebut dengancahaya. Reaksi cahaya dalam
fotosintesis merupakan akibat langsung penyerapan foton oleh molekul-molekul
pigmen seperti klorofil. Tidak seluruh foton memiliki tingkat energi yang cocok
untuk menggiatkan pigmen daun. Pada kisaran di atas 760 nm foton tidak memiliki
cukup energi dan dibawah 390 nm foton (bila diserap oleh daun) memiliki terlalu
banyak energi, menyebabkan ionisasi dan kerusakan pigmen. Hanya foton yang
mempunyai panjang gelombang antara 390 dan 760 nm (cahaya tampak) memiliki
energi yang cocok untuk proses fotosintesis (Gardner 1991 diacu dalam Rudiyana
2000). Cahaya merah 600-700nm (respon fitokrom) aktif untuk induksi
fotoperiodisitas pembungaan, perkembangan kloroplas (tidak termasuk sintesis
klorofil), penuaan (senescence) daun dan absisi daun. Sedangkan PAR dari
500-600 nm, kelompok cahaya hijau, tergolong tidak aktif untuk fotosintesis.
Cahaya merah jauh dengan panjang gelombang 700-800 nm juga tidak aktif untuk
fotosintesis tetapi banyak mempengaruhi fotomorgenesis (Grant 1977). Menurut
Salibusry dan Ross (1992); Grant (1997), cahaya dengan panjang gelombang lebih
pendek akan menghasilkan energi foton yang lebih besar daripada cahaya dengan
panjang gelombang lebih panjang. Adanya naungan dapat menyebabkan rendahnya
foton yang dapat diserap (Neff, Frankhauser dan Chory 2000).
Setiap tanaman
atau jenis pohon mempunyai toleransi yang berlainan terhadapcahaya matahari.
Ada tanaman yang tumbuh baik di tempat terbuka sebaliknya ada beberapa tanaman
yang dapat tumbuh dengan baik pada tempat teduh/naungan. Ada pula tanaman yang
memerlukan intensitas cahaya yang berbeda sepanjang periode hidupnya. Pada
waktu masih muda memerlukan cahaya dengan intensitas rendah dan menjelang
sapihan mulai memerlukan cahaya dengan intensitas tinggi (Soekotjo1976dalam
Faridah 1995).
Dalam penanaman dipembibitan utama, bibit menerlukan naugan secara
individual untuk selama satu bulan. Naungan individual tersebut dapat menggunakan
pelepah batang daun pisang, pelepah daun kelapa, daun-daunan yang dapat
menutupi bibit, atau sejenis bahan naungan lainnya yang memenuhi persyaratan
secara teknisi yang mampu menutupi dan melindungi bibit tanaman tersebut dari
sinar cahaya matahari yang sangat berlebihan atau yang tidak diinginkan oleh
bibit tersebut (Setyamidjaja, 2006). Fungsi
naungan pada bibit sewaktu kecil adalah untuk mengatur cahaya sinar matahari
yang masuk ke pembibitan hanya berkisar antara 30-60% saja, menciptakan iklim
mikro yang ideal atau baik bagi pertumbuhan awal bibit, menghindarkan bibit
dari sengatan matahari langsung yang dapat membakar daun-daun yang masih muda,
dan menurunkan suhu tanah pada disiang hari, memelihara kelembaban tanah,
mengurangi derasnya curahan air hujan dan hemat penyiraman air (Nugrojo, dkk., 2006 dalam Indra S,dkk 2014).
BAB. III. BAHAN DAN METODE
3.1.
Tempat
dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Lancang
Kuning Pekanbaru, Riau. Praktikum ini dilaksanakan pada bulan Oktober hingga
Desember 2015. Kondisi tempat 16 km diatas permukaan laut.
3.2.
Bahan
dan Alat
Bahan
yang digunakan, yakni stek batang tanaman hias (bunga kertas, bunga
kelada,melati, bungan bambu), tanah hitam, kompos, kayu, paranet, pelepah
kelapa sawit, plastik hitam, botol aqua gelas , polibag, pot bunga,paku, tali
plastik.
Alat
; parang, mesin babat, cangkul, meteren,ember, alat tulis, camera HP,martil,
dan gunting.
3.3.
Metode
Praktikum
3.3.1. Metode
praktikum yang diperlakukan sebagai berikut
a.
Bibit stek tanaman hias tanpa dinaungi.
b.
Bibit stek tanaman hias dinaungi dengan
paranet.
c.
Bibit stek tanaman hias dinaungi dengan
pelepah kelapa siwit.
d.
Bibit tanaman hias dinungi penuh dengan
plastik hitam.
3.3.2. Pengisan
Media
Pengisian media
dilakukan secara manual. Botol aqua gelas diisi dengan media tanah hitam
dicampur dengan kompos dengan perbandingan 2 : 1 sampai padat, lalu botol
dilubangi dengan paku.
3.3.3. Penanaman
Penaman bibit stek ke
media yang sudah diisi, dengan memberi lubang pada media, meletakkan bibit stek
tanaman hias, kemudian dipadatkan.
3.3.4. Penyiraman
Penyiraman pertama
dilakukan pasca penanaman bibit stek, kemudian disiram kembali setelah minggu, dengan intensitas tidak teratur.
3.3.5.
Pengendalian Gulma
Pengendalian
secara mekanik, yaitu mencabut gulma bersama disekitar bibit dan didalam media
penyemaian, pengendalian gulma dilakukan sebanyak 2 kali.
3.3.6. Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada tanggal,
19 Desember 2015. Adpun parameter yang diamati, yaitu jumlah bibit stek tanaman
hias yang mengluarkan tunas.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel Hasil Persentase
Hidup Bibit Tanaman Hias
Jenis
Naungan
|
Persentase Hidup ( % )
|
Tanpa
Naungan
|
|
Shading
net / paranet
|
|
Naungan
kelapa sawit
|
|
Naungan
plastik hitam/penuh
|
|
A.
PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang didapat, bahwa
naungan dan jenis naungan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit stek tanaman
hias. Empat jenis perlakuan yang dilakukan untuk pertumbuhan tanaman hias,yaitu
bibit tanpa naungan, naungan paranet, naungan pelepah kelapaa sawit dan naungan
plastik hitam/ penuh. Bibit stek tanaman
hias dengan naungan mendapatkan persentasi pertumbuhan tertinggi sebesar 41,27
%, dan hasil pertumbuhan terendah berada pada naungan plastik hitam sebesar
17,74 %, berarti bahwa naungan dengan plastik hitam/penuh kurang efektif
dijadikan sebagai naungan bibit. Hasil pada naungan paranet menunjukan
perbedaan yang signifikan dengan hasil tertinggi kedua, dengan naungan pelepah
kelapa sawit yaitu sebesar 12, 3 %.
Naungan dan jenis naungan sangat mempengaruhi
kuantitas bibit yang didapatkan, naungan berperan mengatur cahaya yang meninari
pembibitan, menciptakan iklim mikro yang ideal atau baik bagi
pertumbuhan awal bibit, menghindarkan bibit dari sengatan matahari langsung
yang dapat membakar daun-daun yang masih muda, dan menurunkan suhu tanah pada
disiang hari, memelihara kelembaban tanah, mengurangi derasnya curahan air
hujan dan hemat penyiraman air (Nugrojo, dkk.,
2006 dalam Indra S,dkk 2014). Terbukti pada praktikum ini bahwa naungan dan
jenis naungan paranet,merupakan naungan terbaik untuk memperoleh bibit secara
kuantitas. Parenet adalah jenis naungan yang telah diatur kerapatan sedemikian
rupa, untuk mampu melindungi bibit dari intensitas cahaya yang terlalu tinggi.
Intensitas cahaya terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap hormon auksin pada
stek batang tanaman hias, hormon auksin sangat peka terhadap cahaya matahari,
apabila cahaya terlalu tinggi, maka proses kerja auksin akan terhambat/rusak.
Fungsi hormon auksin adalah merangsang pertumbuhan tunas, dengan terganggunya
hormon auksin maka pertumbuhan tunas dan akar rendah.Selain fungsi menghambat
auksin, cahaya juga berperan dalam iklim mikro pembibitan, iklim ini sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas stek batang, mengingat stek batang belum
mampu melakukan fotosintesis, karena tidak memiliki daun. Fotosintesis adalah
cara tanaman untuk mendapatkan makanannya. Stek batang, untuk menumbuhkan tunas
baru menggunakan cadangan makanan yang tersedia didalam batang tersebut,
apabila cahaya terlalu tinggi akan merusak enzim, dan proses biokimia didalam
batang terhambat. Cahaya dapat meningkatan transiparsi dan evaporasi, apabila
kandungan air tanah didalam pot tiak berimbang dengan intensitas cahaya, maka
tanah akan sangat kering membuat tidak tersedianya air dalam tanah akibatnya
pembelahan sel terganggu.
Curah hujan yang sangat tinggi dapat mengganggu pertumbuhan tunas stek
batang, jika curah hujan semakin tinggi dapat merobohkan stek dari tanah,
kemudian dapat mencuci unsur hara dalam tanah, yang menyebabkan berkurangnya
unsur hara dalam tanah untuk proses pembelahan sel, hujan meningkatkan
kelembapan, yang memungkinkan mikroba hadir pada tanaman dan menyebabkan
penyakit pada stek batang.
Jenis naungan sangat menentukan hasil pembibitan, seperti diketahui dari
data, naungan dengan plastik hitam penuh hanya mendapatkan hasil 17,71 % sangat
tidak ekonomis. Plastik hitam dengan naungan penuh, tidak dapat menghantarkan
panjang gelombang cahaya terhadap kebutuhan pertumbuhan taman dan bersifat
menghambat cahaya, karena warna hitam tidak tembus cahaya tembus cahaya,
tanaman hanya dapat menyerap langsung cahaya dengan panjang gelombang tampak
melalu sudut bias. Perlu diketahui bahwa bibit stek yang tumbuh dan berkembang
dalam waktu kurang lebih 2 bulan pada naungan plastik hitam penuh, hanya
terdapat pada bibit paling pinggir. Hal ini membuktikan bahwa bibit pinggir
yang mendapatkan sinar bias.
Naungan
plastik hitam hitam penuh, menghambat air hujan pada bibit, sehingga kondisi
tanah kering dan suhu disekitarnya panas, keringnya air akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan
tunas karena air berperan dalam proses tranlokasi aksimilat dan pembelahan sel,
dengan tidak adanya air hujan di tambah dengan penyiraman yang sangat minim
maka kedua proses ini terhambat.
Naungan dengan pelepah kelapa sawit
mendapatkan hasil tertinggi kedua, yaitu sebesar 29,03 %,naugan ini kurang
efektif kemungkian diaibatkan sistem kerapatan daun yang kurang sesuai dengan kondisi
pembibitan.
Pertumbuhan dan perkembangan bibit
stek tanaman hias tanap naungan tidak berbeda jauh dengan hasilnaungan pelepah
kelapa sawit, hanya selisih 0,9 %. Kemungkinan kejadian ini disebabkan iklim
mikro disekitar pembibitan tanpa naungan tidak terlalu menekan proses
pertumbuhan dan perkembangan tunas, karena cahaya dan dan hujan dapat langsung
mengenai stek, diperkirakan antara intensitas cahaya dan hujan dapat
diseimbangkan.
Dari data yang diperoleh tabel
diatas hasil pembibitn stek tanaman hias
tidak maksima, tidak ada yang mencapai 50 %. Beberapa penyebab hal itu,
karena kesalahan pemindahan bibit dari tempat teduh cahaya ke lapangan
pembibitan, seharusnya stek batang harus menggugurkan daunnya keseluruhan, baru
dipindahkann kelapangan yang ada cahaya.Hal ini bertujuan perangsangan hormon
auksin untuk perangsangan tunas. Kesalahan kedua adalah kurangnya intensitas penyiraman, yang menyebabkan tingginya
evapotranpirasi yang tidak seimbang dengan keadaan kandungan air, dan suhu
bibit.
BAB.V.KESIMPLAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Ø Naungan dan
jenis berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bibit stek tanaman
hias.
Ø Jenis
naungan paranet merupakan, naungan terbaik untuk pembibitan stek batang tanaman
hias.
Ø Naungan
plastik hitam/penuh tidak efektif dalam pemibitan.
5.2. Saran
Ø Sebelum
memindahkan bibit stek kelapangan yang ada cahaya, terlebih dahulu disimpan ditempat
yang teduh cahaya, untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Ø Penyiraman
bibit stek , sangat berpengaruh terhadap hasil bibit stek batang.
Daftar Pustaka
Lakitan Benyamin. 1993.Dasar-dasar
Fisiologi Tumbuhan. PT.Grafindo Persada,Jakarta.
Silasbury, FB dan C.W.Ross. 1995. Fisiologi
Tumbuhan, Jilid II.ITB Bandung,Bandng
Surtinah, 2010. Agronomi Tanaman
Budidaya. Alaf Riau, Pekanbaru.
Putri , IR. 2009. Pengaruh
intensitas Cahaya Terhadap pertumbuhan Jenis Shorea parvifolia dan Shorea
leprosula dalam Teknik TPTI
intensif. Skripsi, 5-8.
Amanah Siti.2009. Pertumbuhan Bibit Stek
Selada ( Piper nigrum Linnaeus ) Pada Beberapa Macam Media dan
Konsentrasi Auksin. Skripsi, 5,8.
Rahardiati, Kajian Pertumbuhan Stek Batang
Sangitan (Sambucus
javanica Reinw.)
di Persamaian dan di Lapangan. Skripsi, 7-8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar