Rabu, 15 Juni 2016
Indikator pertumbuhan dan stress fisologi Nitrogen
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN
“ Indikator Pertumbuhan Tanaman Monokotil dan Dikotil dan Analisis
Gejala Stress Fisiologi pada Bibit Kelapa Sawit ( Elais guenensis Jack ) di Main Nursery“

Disusun oleh :
RIMRO MANULLANG
1454211098
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Pertumbuhan
tanaman adalah proses pembelahan sel maristematik / sel protoplasma ( sel muda
) diikuti dengan perubahan bentuk dan penambahan massa yang
dapat lebih besar dari penambahaan plasma itu. Selain perubahan bentuk,
pertumbuhan juga menyebabkan terjadinya aktivitas fisiologis , susunan
biokimianya, serta struktur dalamnya. Perubahan proses fisiologi dan biokimia
disebut differensiasi . Differensiasi adalah proses menuju spesifikasi
sel yaitu, akumulasi senyawa – senyawa
organik . Keseluruhan proses ini
menyebabkan terjadinya perkembangan. Pertumbuhan adalah pertambahan
massa, ukuran, volume yang bersifat irreversibel (tidak dapat balik) pada
makhluk hidup. Pertumbuhan diikuti dengan diferensiasi, yaitu perubahan bentuk
fisiologi sesuai fungsinya atau proses perkembangan.
Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan
perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara
terus-menerus sepanjang siklus hidup,
tergantung pada tersedianya sel – sel maristemaik, hasil
asimilasi, hormon dan
substansi pertumbuhan lainnya , serta lingkungan yang mendukung
Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman terbagi atas dua fase, yaitu fase vegetatif dan generatif. Pada fase vegetatif terutama terjadi pada
perkembangan akar, daun, dan batang. Sedangkan pada fase generatif terjadi
pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, bunga, buah, dan biji serta
pendewasaan struktur penyimpanan makanan dan penimbunanan
cadangan makanan. Pertumbuhan dan perkembangan
merupakan dua proses yang tidak bisa dipisahkan.
Pertumbuhan merupakan bersifat kuantitatif, berarti membutuhkan ukuran secara tepat dan dapat dibaca
dengan bentuk bilangan yang dapat diukur. Analisis pertumbuhan merupakan suatu
cara untuk mengikuti proses fotosintesis. Pertumbuhan tanaman dapat diukur
tanpa mengganggu tanaman, yaitu dengan pengukuran tinggi tanaman, jumlah daun,
lebar daun, panjang daun, diameter batang. Akumulasi bahan kering mencerminkan
kemampuan tanaman dalam mengikat energi dari cahaya matahari melalui proses
fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya.
Distribusi akumulasi bahan kering pada bagian-bagian tanaman seperti akar,
batang, daun dan bagian generatif, dapat mencerminkan produktivitas tanaman.
Pertambahan jumlah materi
hidup dapat diartikan sebagai pertumbuhan. Pertumbuhan ini dapat terjadi baik
pada tiagkat sel, jaringan, organ atau organisme secara keseluruhan. Pada
tingkat sel pertambahan materi hidup akan mengakibatkan pertambahan ukuran sel
mencapai ukuran maksimum, yang selanjutnya akan diteruskan dengan pembelahan
sel.
Jagung ( Zea
mays ) dari kelas monokotiledon, secara fisiologis adalah tanaman C4 yang
produktivitas tinggi di derah subtropik. Tanaman jagung sangat familiar dikalangan
masyarakat Indonesia dan mudah ditemukan, salah satunya kota Pekanbaru. Jagung
menjadi primadona mahasiswa sebagai bahan praktikum dan penelitian di Unilak,
karena adaptasinya baik.
Tomat ( Solanum
lycopersicum ) merupakan kelas dikotiledon, tanaman tomat termasuk tanaman
yang mempunyai prospek pasar yang tinggi, karena tingginya kebutuhan tomat akan
masyarakat. Tetapi budidaya tomat dipekanbaru masih sangat rendah, karena masih
terbatasnya varietas yang toleran terhadap dataran rendah. Hal ini menjadi
tantangan bagi para peminat ilmu agronomi di Riau, untuk itu perlu penelitian.
Di fakultas pertanian Unilak, untuk tanaman tomat sendiri sudah dilakukan
penelitian dan praktikum.
1.2.Tujuan Praktikum
ü Untuk
mengetahui cara pengukuran beberapa indikator pertumbuhan dan perkembangan
tanaman monokotiledon.
ü
Untuk mengetahui cara pengukuran beberapa indikator perttumbuhan
dan perkembangan tanaman dikotiledon.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan
perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara
terus-menerus sepanjang daur hidup, tergantung pada hasil asimilasi, hormon,
dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung (Gardner et
al., 1991). Pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena organisme
multisel tumbuh dari zigot, pertambahan ini bukan hanya dalam volume, tetapi
juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma dan tingkat kerumitan.
Tahapan dalam pertumbuhan dan perkembangan sel meliputi tiga peristiwa, yaitu
pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi sel (Salisbury dan Ross,
1995).
Pertumbuhan
tanaman pada dasarnya disebabkan oleh pembesaran sel dan pembelahan sel.
Berdasarkan pada kenyataan ini, maka jumlah sel dapat digunakan sebagai
indikator pertumbuhan tanaman dan organ tanaman. Berat tanaman dapat digunakan
sebagai indikator perumbuhan, dalam hal ini dapat dilakukan dengan dua
pendekatan, yaitu berdasarkan berat segar dan berat kering (Lakitan, 1996).
Beda dari pertumbuhan dan perkembangan dilihat dari
perubahannya dan parameternya. Sebagai contoh parameter pertumbuhan antara lain
bobot segar, bobot kering, pertambahan panjang, dan pertambahan luas. Jika
makhluk hidup megalami pertambahan panjang, pertambahan luas, maka makhluk
hidup dikatakan mengalami pertumbuhan. Pada perkembangan, misalnya pada
tumbuhan mengalami pendewasaan organ-organ untuk melakukan fotosisntesis, untuk
melakukan reproduksi (Fried & Hademenos, 2006).
Pertumbuhan
dapat diketahui dari ukuran panjang, lebar atau luas, pertambahan massa atau
berat (Bidwell, 1979). Sedangkan menurut Noggle dan Fritz (1983) pertumbuhan
dapat ditunjukkan dengan meningkatnya tinggi tanaman, panjang, lebar, dan luas
daun, serta berat kering masing-masing organ yang meliputi akar, batang, daun
dan buah; jumlah sel dan konsentrasi kandungan kimia tertentu, yaitu asam
nukleat, nitrogen terlarut, lipid, karbohidrat dalam jaringan dan organ. Tapi
umumnya, pertumbuhan cukup diukur tinggi tanaman dan berat kering.
Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman berlangsung baik pada fase vegetatif maupun generatif.
Pada fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun, dan batang.
Sedangkan pada fase generatif terjadi pembentukan dan perkembangan kuncup
bunga, bunga, buah, dan biji serta pendewasaan struktur penyimpanan makanan dan
penimbunan karbohidrat. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang
sangat erat hubungannya (Hariyadi, 1988).
Pertumbuhan adalah pertambahan massa, ukuran, volume
yang bersifat irreversibel (tidak dapat balik). Pertumbuhan diikuti dengan
diferensiasi, yaitu perubahan bentuk fisiologi sesuai fungsinya atau proses
perkembangan. Beda dari pertumbuhan dan perkembangan dilihat dari perubahannya
dan parameternya. Sebagai contoh parameter pertumbuhan antara lain bobot segar,
bobot kering, pertambahan panjang, dan pertambahan luas. Jika makhluk hidup
megalami pertambahan panjang, pertambahan luas, maka makhluk hidup dikatakan
mengalami pertumbuhan. Pada perkembangan, misalnya pada tumbuhan mengalami
pendewasaan organ-organ untuk melakukan fotosisntesis, untuk melakukan
reproduksi (Noggle dan Fritz, 1983).
Pada tumbuhan tingkat tinggi,
pertumbuhan merupakan gabungan antara pembentangan dan perbanyakan sel.
Tempat berlangsungnya pertumbuhan hanya di meristem. Sel dewasa yang tumbuh
kembali dinamakan meristem sekunder. Perbedaan ukuran diantara organ- organ
yang struktur anatominya sama dapat terjadi sebagai akibat perbedaan jumlah sel
atau ukuran masing-masing sel penyusunnya. Untuk tumbuh diperlukan sejumlah
persyaratan, antara lain tumbuhan harus berada dalam fase potensial tumbuh (
tidak dorman), tersedia atau mampu membentuk sendiri hormon tumbuh, serta
lingkungan yang sesuai yaitu ada air, oksigen (zat hara) dan temperatur tepat.
Semua faktor tersebut tadi, selain menjadi syarat terjadinya pertumbuhan, juga
mempengaruhi pertumbuhan (Gardner et al., 1991).
Pertumbuhan tanaman merupakan
suatu konsep universal dalam biologi dan merupakan hasil dari berbagai proses
fisiologi yang berinteraksi dalam tubuh tanaman bersama faktor luar. Ketiga
proses tersebut yaitu pertambahan ukuran, bentuk dan jumlah (Sitompul dan
Guritno, 1995).
Pertumbuhan, dalam arti
terbatas, menunjuk pada pertambahan ukuran yang tidak dapat balik, mencerminkan
pertambahan protoplasma. Pertumbuhan tanaman ditunjukkan oleh pertambahan
ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik (Harjadi, 1988). Pertumbuhan tanaman yang biasanya diamati adalah
tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun dan bobot kering tanaman. Pertumbuhan
tanaman yang baik menurut Sitompul dan Guritno (1995) dipengaruhi oleh faktor
dalam dan faktor luar tanaman itu sendiri. Faktor lingkungan yang mempengaruhi
tanaman diantaranya adalah ketersediaan air, unsur hara, iklim dan adanya hama
dan penyakit (Gardner et al., 1991).
Perkembangan
dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan teratur dan berkembang, seringkali
menuju suatu keadaan yang lebih tinggi, lebih teratur atau lebih kompleks atau
dapat pula dikatakan sebagai suatu seri perubahan pada organisme yang terjadi
selama daur hidupnya yang meliputi pertumbuhan dan diferensiasi. Perkembangan
dapat terjadi tanpa pertumbuhan dan demikian pula halnya pertumbuhan dapat
terjadi tanpa perkembangan, tetapi kedua proses ini sering bergabung dalam satu
proses (Hariyadi, 1988).
Perkembangan mewujudkan
perubahan dan perubahan-perubahan tersebut dapat berjalan secara bertahap atau
berjalan sangat cepat. Pada perkembangan tidak hanya perubahan kuantitatif, tetapi
juga menyangkut perubahan kualitatif di antara sel, jaringan dan organ yang
disebut diferensiasi. Peristiwa perkembangan yang penting seperti
perkecambahan, perbungaan atau penuaan (senescence) menghasilkan perubahan yang
mendadak di dalam kehidupan atau pola pertumbuhan. Proses-proses perkembangan
lainnya berlangsung terus secara lambat atau bertahap selama separuh atau
selama hidup tumbuhan (Shibles dan
Weber, 1965).
2.2 Pola Pertumbuhan dan Perkembangan
Ada dua aspek yang dapat kita
kaji dalam proses perkembanganpada tumbuhan yaitu (1) aspek morfologi dan
anatomi, (2) aspek fisiologi danbiokimia. Pada aspek morfologi dan anatomi kita
dapat mengkaji perubahan-perubahan struktur yang terjadi, yang terlihat selama
proses perkembangan tumbuhan. Kita akan sangat sukar niemahami perkembangan
tanpa mempelajari proses fisiologi dan biokimia. . Proses fisiologi dan
biokimia ini sangat menentukan perubahan morfologi suatu organisme sehingga
aspek fisiologi dan biokimia merupakan subjek utama dalam mempelajari bidang
ilmu ini yang sekarang lebih dikenal dengan istilah morfogenesis. Morfogenesis
ini mempelajari perubahan-perubahan bentuk dan struktur yang proses
pengontrolannya melibatkan perubahan fisika dan kimia sehingga morfogenesis
lebih tepat disebut sebagai fisiologi dan biokimia perkembangan (Fried
& Hademenos, 2006).
Pertumbuhan dan perkembangan
adalah suatu koordinasi yang baik dari banyak peristiwa pada tahap yang
berbeda, yaitu dari tahap biofisika dan biokimia ke tahap organisme dan
menghasilkan suatu organisme yang utuh dan lengkap. Prosesnya sangat kompleks
dan banyak cara yang berbeda untuk dapat memahaminya. Pemahaman kita terhadap
perkembangan tumbuh dengan cepat, tetapi banyak aspek masih merupakan subyek
yang diperdebatkan atau belum diketahui. Untuk hal-hal seperti itu masih banyak
pertanyaan-pertanyaan yang sampai sekarang belum terjawab (Lakitan, 1996).
Pertumbuhan dapat diukur
sebagai pertambahan panjang, lebar atau luas; tetapi dapat pula diukur berdasarkan
pertambahan volume, masa atau berat ( segar atau kering ). Setiap parameter ini
menggambarkan sesuatu yang berbeda dan jarang adanya hubungan sederhana antara
mereka dalam organisme yang sedang tumbuh. Hal ini disebabkan pertumbuhan
sering terjadi dalam arah dan kadar cepat yang berbeda yang satu sama lain
tidak ada keterkaitan, sehingga perbandingan linier antara luas dan volume
tidak terjadi pada waktu yang bersamaan. Dengan melibatkan parameter lingkungan
seperti cahaya, suhu, air dan lain-lain, suatu model pertumbuhan yang sederhana
dari suatu bagian tumbuhan seperti akar, daun dan batang telah dilakukan
(Hariyadi, 1988).
Pola pertumbuhan dapat dibagi
dalam tiga fase pertumbuhan, yaitu: (1) pase logaritmik atau fase eksponensial,
(2) fase linier, dan (3) fase penurunan kadar cepat pertumbuhan yang disebut
penuaan. Peningkatan kadar cepat pertumbuhan terjadi selama fase eksponensial,
yang kemudian berjalan konstan selama fase linier, dan menurun menuju nol
selama proses penuaan (Sumadi, 1993).
2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
dan Pertumbuhan
Beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan adalah sebagai berikut:
a. Faktor internal : yaitu faktor yang
melibatkan hormon, yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
b. Faktor Lingkungan : Faktor ini merupakan
faktor luar yang erat sekali hubunganaya dengan proses perkembangan. Termasuk
ke dalam faktor ini adalah panjang pendeknya hari, suhu, nutrisi, dan
lain-lain.
Beberapa faktor
yang mempengaruhi
pertumbuhan adalah sebagai berikut:
a. Faktor eksternal/lingkungan yaitu,
air, mineral, kelembaban, dan suhu.
b. Faktor
internal yaitu hormon dan gen yang dihasilkan oleh tanaman itu sendiri.
Hormon-hormon yang ada pada tumbuhan antara lain, auksin, giberelin, sitokinin,
gas etilen, asam absisat, dan kalin.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi
perkembangan adalah nutrisi yang diterima oleh jaringan-jaringan tumbuhan
sehingga mengalami perkembangan dan pendewasaan yang menyebabkan organ-organ
dewasa aktif dan berfungsi. Pada
sejumlah organisme, pengaruh-pengaruh lingkungan dipercayai sebagai penyebab
terbentuknya medan-medan metabolik. Pengaruh cahaya atau tekanan pada
komponen-komponen suatu sel dapat menyebabkan orientasi etitas-entitas
internal, yang menyebabkan terbentuknya medan perkembangan dan mempengaruhi
pola pertumbuhan embrionik (Blad et
al., 1972).
Perkembangan merupakan hasil
gabungan interaksi antara potensi genetik dengan lingkungan. Genetik merupakan
sumber informasi yang dimiliki oleh sel dari suatu organisme, yang mengontrol
aktivitas fisiologi dan biokimia di dalam sel sejalan dengan arah
perkembangaunya. Tetapi potensi genetik ini hanya akan berkembang apabila
ditunjang oleh lingkungan yang cocok, yang memberikan fasilitas kepada
organisme dalam melaksanakan aktivitasnya.
Faktor lingkungan yang
mempengaruhi tanaman diantaranya adalah ketersediaan air, unsur hara, iklim dan
adanya hama dan penyakit.
2.4. Klasifikasi dan Morfologi tanaman jagung
Dalam
taksonomi atau sistematika tumbuh-tumbuhan, jagung dapat dikalasifikasikan ke
dalam :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi atau fillum : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae (Tumbuhan
dengan biji berkeping satu)
Ordo / bangsa : Poales
Famili atau suku : Poaceae
Genus atau marga : Zea
Spesies / jenis : Zea mays L.
Morfologi Tanaman Jagung
- Morfologi Akar Tanaman Jagung
Sistem perakaran pada tanaman jagung adalah akar
serabut dengan kedalaman hingga 8 meter, namun sebagian besar berada pada
kedalaman sekitar 2 meter.
Tanaman jagung yang sudah dewasa akan tumbuh akar
adventif dari buku-buku batang tanaman jagung bagian bawah yang dapat membantu
tanaman jagung menjadi tegak.
- Batang Tanaman Jagung
Tanaman jagung memiliki batang yang tegak, mudah
terlihat dan beruas-ruas. Ruas terbungkus oleh pelepah daun yang muncul dari
buku. Tanaman jagung memiliki batang yang tidak mengandung banyak lignin.
- Morfologi Daun Tanaman Jagung
Daun pada tanaman jagung merupakan daun sempurna
dengan bentuk yang memanjang. Daun yang dimiliki oleh tanaman jagung ini
berwarna hijau muda pada saat masih muda, dan berwarna hijau tua pada saat
tanaman dewasa, serta berwarna kuning pada saat tanaman sudah tua.
Selain itu terdapat ligula antara pelepah daun dengan
helai daun. Tanaman jagung memiliki daun yang tulang daunnya sejajar dengan ibu
tulang daun tanaman jagung. Permukaan daun pada tanaman jagung ada yang
berambut dan ada yang licin.
Daun tanaman jagung memiliki stomata yang berbentuk
halter yang merupakan ciri khas yang dimiliki oleh tumbuhan yang termasuk ke
dalam famili atau suku poaceae.
Setiap stomata pada tanaman daun dikelilingi oleh sel
– sel epidermis yang berbentuk seperti kipas. Struktur tersebut memiliki peran
penting dalam melakukan respon tanaman untuk menanggapi defisit air pada
sel-sel daun tanaman jagung.
- Morfologi Bunga Tanaman Jagung
Bunga yang dimiliki oleh tanaman jagung terdiri atas
bunga jantan dan bunga betina, yang masing-masing terpisah atau diklin dalam
satu tanaman atau monoecious.
Setiap kuntum bunga tanaman jagung memiliki struktur
yang khas dari bunga yang termasuk ke dalam famili / suku poaceae yang disebut
sebagai floret. Pada tanaman jagung, sepasang glumae atau gulma membatasi dua
floret.
Bunga jantan dapat tumbuh pada bagian puncak dari
tanaman jagung, yang berupa karangan bunga atau inflorescence. Pada bunga
tanaman jagung terdapat serbuk sari yang berwarna kuning dengan memiliki aroma
yang khas. (http://agroteknologi.web.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-jagung/)
2.5. Klasfikasi dan
Morfologi Tanaman Tomat
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Plemoniales
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersion
Species : Lypersion esculentum Mill
Morfologi Tanaman Tomat
a. Akar
Tanaman ini memiliki akar tunggang yang dapat menembus
kedalaman tanah dan akar serabut yang tumbuh di permukaan tanah yang dangkal.
Berdasarkan sifat perakaran tanaman ini, sebaiknya di tanaman dengan media
tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung unsur hara baik.
b. Batang
Tanaman ini memiliki bantang
berbentuk persegi empat hingga membulat, berbatang lunak tetapi kuat, memiliki
bulu atau berambut halus dan daintar bulu-bul terdapat rambut kelenjar. Batang
tanaman ini berwrna hijau, memiliki ruas tebal dan ruas akar pendek. Selain
itu, tanaman ini memiliki cabang yang sangat banyak dan tidak beraturan.
c. Bunga
Tanaman ini memiliki bungan
berukuran relatif kecil , berdiameter 2 mcm dan memiliki warna kuning. Kelopak
bungan berjumlah 5 buah dan berwrna hijau terdapat pada bagian bawah atau
pangkal bunga. Selain tu, bagian lainnya bunga berupa mahkota bunga yang
terdapat di dalam bunga tomat.
d. Buah
Tanaman ini memiliki buah yang
sangat bervariasi, tergantung dengan varietesnya. Ada buah tomat yang berbentuk
bulat, agak bulat, agak lonjong dan bulat persegi. Selain itu, ukuran buah
sangat bervariasi juga, yang berukuran 8 -180 gram per buah. Sedangkan warna
tomat yaitu juga sangat bervariasi yaitu kemerahan, kekuningan, hijau muda dan
juga ada yang belang-belang kemerahan.
e. Daun
Tanaman ini memiliki daun
berbentuk oval, bagian tepi bergerogi dan mebentuk celah menyerip agak
melengkung kedalam. Daun tanaman ini berwrna hijau dan juga tergolong daun
majemuk ganjil berjumlah 5-7, dengan ukuran 15-30 cm dan memiliki kelebaran
10-25 cm , serta memiliki tangka dengan kepanjangan 3-6 cm. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26031/4/Chapter%20II.pdf
2.6 Parameter Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman
Pertumbuhan tanaman merupakan
suatu konsep universal dalam biologi dan merupakan hasil dari berbagai proses
fisiologi yang berinteraksi dalam tubuh tanaman bersama faktor luar. Ketiga
proses tersebut yaitu pertambahan ukuran, bentuk dan jumlah (Sitompul dan
Guritno, 1995). Pertumbuhan, dalam arti terbatas, menunjuk pada pertambahan
ukuran yang tidak dapat balik, mencerminkan pertambahan protoplasma.
Pertumbuhan tanaman ditunjukkan oleh pertambahan ukuran dan berat kering yang
tidak dapat balik (Harjadi, 1988).
Indikator yang dapat digunakan
pada pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman antara lain adalah sebagai
berikut :
a. ukuran
panjang, lebar atau luas,
b. pertambahan
massa atau berat
c. meningkatnya
tinggi tanaman, panjang, lebar, dan luas daun,
d. berat kering
masing-masing organ yang meliputi akar, batang, daun dan buah;
e. jumlah sel
dan konsentrasi kandungan kimia tertentu, yaitu asam nukleat, nitrogen
terlarut, lipid, karbohidrat dalam jaringan dan organ.
f. perkembangan
akar, daun, dan batang.
g. pembentukan
dan perkembangan kuncup bunga, bunga, buah, dan biji
h. pendewasaan
struktur penyimpanan makanan dan penimbunan karbohidrat.
BAB.III
METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum
ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanain Universitas Lancang
Kuning, dengan topografi datar dan ketinggian 16 meter dari permukaan laut,
dengan jenis tanah Podzolik Merah Kuning (PMK). Waktu praktikum dilaksanakan
pada hari Rabu, tanggal 01 Juni 2016, sekitar pukul 10.30 WIB sampai dengan
selesai.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan
yang digunakan antara lain: tanaman
tomat ( Solanum lycopersicum ) dan
tanaman jagung ( Zea mays ) . Sedangkan
alat yang digunakan yaitu alat tulis, camera, meteran dan jangka sorong.
3.3. Cara Kerja :
v
Pengukuran dilakukan terhadap beberapa indikator pertumbuhan
tanaman jagung ( Zea mays ) sebagai sampel tanaman monokotil dan tanaman Solanum lycopersicum sebagai sampel
tanaman dikotil.
v
Parameter yang diukur adalah :
·
Tinggi tanaman
·
Jumlah daun
·
Diameter batang / Lilit batang
·
Panjang daun
·
Lebar daun
BAB.IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
INDIKATOR PERTUMBUHAN TANAMAN
Tabel 1 Hasil Pengamatan Tomat ( Solanum lycopersicum )/ Tanaman dikotil
No
|
Parameter
|
Ulangan
|
Total
|
Rata – rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||||
1
|
Tinggi tanaman ( cm )
|
91,5
|
96
|
73
|
97
|
357,5
|
89,375
|
2
|
Jumlah cabang ( helai )
|
6
|
5
|
4
|
5
|
20
|
5
|
3
|
Diameter batang ( cm )
|
0,9
|
0,9
|
0,9
|
0,95
|
3,65
|
0,9125
|
Tabel Hasil Pengamatan Jagung ( Zea mays )/ Tanaman monokotil
No
|
Parameter
|
Ulangan
|
Total
|
Rata - rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||||
1
|
Tinggi tanaman ( cm)
|
255
|
268
|
260
|
253
|
1036
|
259
|
2
|
Jumlah daun ( helai )
|
12
|
11
|
12
|
11
|
46
|
11,5
|
3
|
Panjang daun ( cm )
|
94
|
97
|
101
|
95
|
387
|
96,75
|
4
|
Lebar daun( cm )
|
10
|
9,5
|
9,3
|
9
|
37,8
|
9,45
|
5
|
Diameter batang ( cm )
|
2,1
|
1,8
|
2
|
2,1
|
8
|
2
|
4.2. PEMBAHASAN
Pertumbuhan adalah proses perubahan
volume sel, jumlah sel, ukuran sel pada tanaman yang menyebabkan perubahan
ukuran organ tanaman. Pertumbuhan bersifat kuantitatif atau dapat dihitung.
Suatu fakta dikatakan akurat apabila dapat dinyatakan dengan angka, karena
dengan angka dapat dibuat perbandingan. Begitu pula dengan indikator
pertumbuhan, untuk mendukung pernyataan teori bahwa pertumbuhan itu terjadi
perubahan sel, jaringan dan organ tanaman dilakukan pengamatan praktikum dengan
melakukan pengukuran organ – organ tanaman dan dinyatakan dengan angka.
Praktikum ini telah dilaksanakan dikebun percobaan fakultas pertanian Universitas
Lancang Kuning. Pengukuran indikator pertumbuhan tanaman kali ini difokuskan pada pertumbuhan fase
vegetatif. Data diatas adalah hasil pengamatan indikator pertumbuhan vegetatif.
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan dari dua kelas tanaman, yaitu kelas
tanaman dikotil dan kelas tanaman monokotil, dari kelas tanaman dikotil tomat (
Solanum lycopersicum ) dan dari kelas
tanaman monokotil adalah tanaman jagung ( Zea
mays ).
Metode yang digunakan dalam melakukan praktikum ini
adalah menggunakan alat ukur dengan memenuhi prosedur pengukuran indikator
pertumbuhan. Prosedur pengukuran tanaman dikotil sedikit berbeda dengan tanaman
monokotil. Berikut tata cara pengukuran pada tanaman dikotil ( tomat ) ;
Pengukuran tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh
tanaman tomat, Jumlah daun tidak dihitung tetapi hanya menghitung cabang –
cabang produktif, karena penghitungan daun pada tanaman dikotil sangat tidak
efektif disebabkan jumlah daun yang sangat banyak, pengukuran panjang dan lebar
daun juga tidak dilakukan karena tidak efisien.
Pengukuran
pada tanaman monokotil ( Zea mays ), untuk
pengukuran tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai daun terpanjang,
daun, panjang daun dan lebar daun di ukur karena efisien disebabkan jumlah daun
yang terbatas ( asih mudah dihitung ).
Pertumbuhan selalu diakhiri dengan
perkembangan, karena kedua proses itu tidak dapat terpisahkan. Pertumbuhan dan
perkembangan suatu tanaman tidak slealu sama, karena faktor lingkungan selalu
mempengaruhi pertumbuhan tersebut. Hal itu dibuktikan data pada tabel diatas seperti pada tanaman
tomat, semua tinggi tanaman berbeda pada semua ulangan, baik pada daun, tetapi
berdasarkan data diatas, diameter batang tomat hampir sama pada semua ulangan
yaitu pada ukuran 0,9 cm. Demikian pula pada tanaman jagung memilki perbedaan
pada beberapa ulangan.Hal ini membuktikan bahwa faktor lingkungan berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman, walaupun faktor genetik, waktu tanam dan jarak
tanam yang sama.
Hasil
pengukuran indikator tanaman bergantung juga pada umur tanaman dan fase pertumbuhan
tanaman. Indikator pertumbuhan dapat dikorelasikan dengan laju fotosintesis
tanamna tersebut. Semakin besar/tinggi hasil pengukuran vegetatif tanaman,
berarti laju fostosistessnya baik.
BAB V.
KESIMPULAN
Pertumbuhan adalah proses pembelahan
sel yang menyebabkan pertambahan volume sel, jumlah sel, massa sehingga
menyebabkan perubahan ukuran pada jaringan dan organ tanaman. Pertumbuhan
tanaman bersifat kuantitatif ( dapat diukur ) dan dinyatakan dengan angka.Setiap
Indikator pertumbuhan mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Hasil pengukuran indikator
pertumbuhan tidak selalu sama, hal itu disebabkan pengaruh lingkungan disetiap
tempat berbeda.
DAFTAR
PUSTAKA
Blad, B. L. Dan D. G. Baker.
1972. Orientation and distribution of leaves within Soybeans canopies.
Agron. J. 64 : 26 – 29.
Fried, George H. & George J. Hademenos. 2000. Scahum’s
Outlines of Theory and Problems of BIOLOGY , 2nd Edition. The
McGraw-Hall Companies
Fried, George H. & George J. Hademenos. 2000. Scahum’s
Outlines BIOLOGI, Edisi
Kedua. Erlangga. Jakarta.
Gardner,
F.P., Pearce, R.B., dan Mitchell, R.I. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (diterjemahkan
oleh Herawati Susilo). UI Press, Jakarta.
Hariyadi, S.S. 1988. Pengantar
Agronomi. Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Harjadi, M.M.Sri Setyati.
1988. Pengantar Agronomi. Gramedia: Jakarta.
Lakitan, B.
1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman.: Penerbit P.T.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Noggle, G.R
and Frits, G.J. 1983. Introduction Plant Physiology, Second Edition. New
Jersey: Prentice Hall, Inc, Englewood Clifts.
Salisbury,
F.B. and. Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 3. (diterjemahkan
oleh Diah dan Sumaryono) ,Penerbit ITB, Bandung.
Shibles, R. M. Dan C. R.
Weber. 1965. Leaf area, solar radiation, interception and dry
matter production by Soybeans. Crop Sci. 5 : 575 – 578.
Sitompul dan Guritno. 1995.
Analisa Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sumadi, Soeprapto Hardjo. 1993. Bertanam Kacang
Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman tidak dapat dipungkiri dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik adalah faktor yang
dibawa setiap spesies tanaman. Dalam budidaya tanaman faktor genetik amat
penting peranannya dalam meningkatkan hasil produksi baik kuantitatif dan
kualitatif, tetapi faktor genetik yang unggul tidak mampu berproduksi tinggi,
kalau tidak didukung faktor lingkungan yang sesuai dengan tanaman.
Faktor
lingkungan pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meliputi tanah, cahaya,
air dan udara. Ketersedian faktor – faktor lingkungan sangat mempengaruhi
proses fisiologi tanaman. Faktor lingkungan akan menjadi faktor penghambat
pertumbuhan apabila terjadi kekurangan dan kelebihan faktor tersebut.
Kekurangan dan kelebihan faktor lingkungan terhadap tanaman akan mengakibatkan
cekaman ataupun stress fisiologi.
Stress
fisiologi pada tanaman akan ditunjukkan melalui gejala- gejala morfologi organ
– organ tanaman, seperti daun, bunga, buah, batang,akar dll. Stress fisiologi
tanaman adalah penyakit yang susah ditangani apabila tidak ditangani secara
cepat dan tepat, tanaman akan mengalami penuan dini ( Senenscens ) dan atau mengalami kematian, karena pertumbuhan
bersifat irreversibel ( tidak dapat balik ).
Nitrogen ( N )
adalah unsur hara makro tanaman. Nitrogen termasuk unsur yang selalu diberikan
dalam berbudidaya tanaman, kerena Nitrogen berperan dalam pembentukan klorofil,
pembentukan protein yang sangat besar perananya dalam proses pertumbuhan
vegetatif. Unsur Nitrogen tersedia bebas diatmosfer dengan komposisi kurang
lebih 78% , namun tanaman tidak bisa menyerap dalam bentuk unsur tetapi
menyerap unsur hara dalam bentuk ion. Penyerapan Nitogen harus dibantu dengan
bantuan mikroorgnisme.Kekurangan unsur Nitrogen pada tanaman akan sangat
berdampak terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman, sehingga pertumbuhan
generatif kurang baik.
Kelapa
sawit ( Elais guinensis ) adalah
tanaman primadona masyarakat saat ni, terutama di provinsi Riau. Riau terkenal
sebagai daerah penghasil kelapa sawit di Indonesia, selain prospek ekonomi yang
menjanjikan budidaya kelapa sawit yang tidak membutuhkan penanganan khusus.
Selain itu didukung dengan tanaman kelapa sawit adalah tanaman jenis C4 yang
sesuai didaerah tropis. Bukan hanya masyarakat, tetapi perguruan tinggi
termasuk mahasiswa banyak tertarik untuk penelitiaan kelapa sawit.
Keyword ;Pertumbuhan dan perkembangan tanaman,faktor lingkungan, stress
fisiologi, unsur Nitrogen, kelapa sawit.
1.2.
Tujuan Praktikum
Ø
Untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada kondisi lingkungan
yang tida menguntungkan ( stress ).
Ø
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
tanaman pada kondisi lingkungan yang menguntungkan.
Ø
Membandingkan pertumbuhan dan perkembangan pada
kedua kondisi lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman merupakan prooses yang penting dalam kehidupan dan
perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung terus
– menerus sepanjang daur hidup, bergantung pada tersedianya maristem, hasil
asimilasi, hormon dan substansi lainnya, serta lingkungan yang mendukung.Secara
empiris, pertumbuhan tanaman dapat dinyatakan sebagai fungsi dari genotipe X
lingkungan = f ( faktor pertumbuhan
internal X faktor pertumbuhan eksternal). Faktor internal yang unggul harus
didukung oleh faktor eksternal yang mendukung ( Franklin P, dkk 1985 ).
Produksi
tanaman budidaya bertujuan untuk memaksimalkan laju pertumbuhan dan hasil panen
melaui manipulasi genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan adalah salah satu
faktor pendudung produksi yang baik. Faktor lingkungan ( faktor eksternal )
termasuk iklim, edafik, dan biologis. Faktor edafik/faktor tanah sangatlah
berperan, faktor ini meliputi tekstur, struktur, kapasitas tukar kation, pH,
kejenuhan basa, dan ketersediaan nutrien. Secara keseluruhan, mengenai tentang
enambelas unsur hara (Franklin P, dkk 1985). Unsur hara sebagai faktor
lingkungan menjadi sebuah faktor pembatas pertumbuhan apabila berada pada
kekurangan dan kelebihan unsur tersebut, seperti yang diungkapkan hukum minimum
oleh Liebig (1862) ; “ suatu defenisi ata tidak adanya salah satu penyusun yang
diperlukan, walaupun penyusun lainnya ada, menyebabkan tanah menjadi tandus
untuk tanamn budidaya yang memerlukan nutrien tersebut”.Kekurangan dan
kelebihan suata unsur akan berdampak terhadap proses fisiologis dan biokimia
tanaman.
Salah satu faktor yang menunjang
tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal adalah ketersediaan unsur
hara dalam jumlah yang cukup di dalam tanah. Jika tanah tidak dapat menyediakan
unsur hara yang cukup bagi tanaman, maka pemberian pupuk perlu dilakukan untuk
memenuhi kekurangan tersebut. Setiap jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman, tentunya memiliki fungsi, kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Dalam memberikan unsur hara pada tanaman tentunya sangat penting dijaga
keseimbangan dan pengaturan kadar pemberian unsur hara tersebut, sebab jika
kelebihan dalam pemberiannya akan tidak baik dampaknya, demikian pula halnya
jika yang diberikan tersebut krang dari takaran yang semestinya diberikan
(Acehpedia, 2010).
Nitrogen
merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
banyak. Pemberian nitrogen dapat mempercepat pertumbuhan bagian vegetatif
tanaman, mem-perbanyak klorofil daun, mensintesis protein ,menciptakan
perakaran yang lebat dan kuat (Leiwakabessy, 1977). Pemberian nitrogen pada
bibit tanaman diharapkan akan dapat mempercepat pertumbuhan batang dan daun
serta menghasilkan perakaran yang baik. Apabila tanaman kekurangan nitrogen,
maka pertumbuhannya akan terganggu, tanaman tumbuh kerdil, sistem perakarannya
terbatas dan daunnya menjadi kuning. Namun apabila kelebihan nitrogen akan
mengakibatkan pengaruh buruk berupa lambatnya pematangan buah, tanaman akan
mudah rebah karena banyak menyerap air (sekulen), tidak tahan terhadap penyakit
dan serangan hama sehingga dapat menurunkan kualitas hasil (Sutejo, 2002 dalam Erida Nurahmi, Yuswar Yunus dan Yennita 2013 ).
Nitrogen
umumnya diserap oleh tanaman dalam bentuk NO3- dan NH4+
walaupun urea (H2NCONH2) dapat juga dimanfaatkan oleh
tanaman karena urea secara cepat dapat diserap melalui epidermis daun. Jarang
sekali bahwa urea diabsorpsi melalui akar karena di dalam tanah urea
dihidrolisa menjadi NH4+. Bentuk N yang diabsorpsi
tanaman berbeda-beda. Ada tanaman yang lebih baik tumbuh bila diberi NH4+
ada pula yang lebih baik bila diberi NO3- dan ada pula
tanaman yang tidak terpengaruh oleh bentuk-bentuk N ini. Nitrogen yang diserap
ini di dalam tanaman diubah menjadi –N, -NH, -NH2. bentuk reduksi
ini kemudian diubah menjadi senyawa yang lebih kompleks dan akhirnya menjadi
protein ( Astutik dkk, 2011).
Dalam ilmu taksonomi secara botani,
kelapa sawit diklasifikasikan ;
KINGDOM
|
Plantae
|
SUB
KINGDOM
|
Viridiplantae
|
INFRA
KINGDOM
|
Streptophyta
|
SUPER
DIVISI
|
Embryophyta
|
DIVISI
|
Tracheophyta
|
SUB
DIVISI
|
Spermatophytina
|
KELAS
|
Magnoliopsida
|
ORDO
|
Arecales
|
FAMILI
|
Arecaceae
|
GENUS
|
Elaeis
Jacq.
|
SPESIES
|
Elaeis
guineensis Jacq.
|
Bentuk Daun Kelapa
Sawit
Sekilas daun ini mirip daun
salak pada umumnya, sama dengan tanaman palma lainnya tanaman
kelapa sawit ini berdaun majemuk, tampilan daunnya berwarna hijau tua dan
pelepahnya berwarna sedikit lebih muda. daunnya menyirip, tersusun rozet pada
ujung setiap batangnya .
Bentuk Morfologi Batang
Kelapa Sawit
Pada batang pohon kelapa sawit
umumnya memiliki diameter sekitar 25 s/d 75 cm, biasanya pangkal batang
akan lebih besar pada tanaman sawit yang lebih tua. Pohon kelapa
sawit adalah berbatang tunggal jadi tidak mempunyai cabang seperti pohon mangga
misalnya Tingkat perkembangan batang ini dipengaruhi oleh unsur penting yakni
genetik dan ekologis lingkungan sekitar tanaman tersebut. Pada tinggi batang
kelapa sawit bisa berkisar antara 15 s/d 18 meter.
Sistem akar pada Kelapa
sawit
Akar pohon kelapa sawit ialah
akar serabut yang mengarah ke bawah atau geotropis dan ke samping.
Selain itu, ada beberapa akar respirasi atau pernafasan yang tumbuhnya mengarah
ke samping atas. Berbagai susunan akar kelapa sawit yaitu, akar serabut utama
yang tumbuh ke dalam tanah dan juga menyamping,ada juga bercabang dan menjadi
akar sekunder.
Pada akar jenis tersier ini
mempunyai fungsi untuk menyerap unsur hara dan respirasi atau pernapasan. Bila
kita ukur secara horizontal, konon akar kelapa sawit ini bisa mencapai panjang
sekitar 16 meter.
Bentuk Bunga
Kelapa Sawit
Pada tampilan bunga jantan
berbentuk mengerucut, lancip dan panjang, sementara pada bunga betinaakan
terlihat lebih mekar dan lebih besar. Bunga jantan dan betina tumbuh
pada bagian di ketiak daun,namun keduanya tumbuh pada satu pohon
yang sama cuma terpisah. Namun bunga jantan dan betina pada kelapa sawit
letaknya terpisah dan memiliki waktu pematangan yang berbeda maka ini menjadi
salah satu penyebab kenapa proses penyerbukan sendiri jarang terjadi. Perbedaanya
pada tandan bunga jantan terdiri dari bebrapa spliket yang berukuran panjang 12
cm s/d 20 cm yang tumbuh di tangkai bunga.Setiap spliket terdapat 600 s/d 1200
bunga yang sangat kecil, beraroma khas dan berwarna kekuningan . Sedangkan
tandan bunga betina akan terbungkus di seludang yang panjangnya 24 s/d 25 cm
memiliki ratusan hingga ribuan bunga yang tersusun model spiral pada sumbu
tengahnya.
Bentuk Morfologi Buah
Kelapa Sawit
Pada buah kelapa sawit mempunyai
warna yang beraneka macam ada yang hitam, ada yang ungu dan ada juga
berwarna merah, sesuai jenis bibit yang ditanam, biasanya pada buah akan
berkumpul bergerombol dalam tandan yang muncul dari setiap pelepah ( http://agroteknologi.web.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-kelapa-sawit/
)
BAB III
METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum
ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanain Universitas Lancang
Kuning, dengan topografi datar dan ketinggian 16 meter dari permukaan laut,
dengan jenis tanah Podzolik Merah Kuning (PMK). Waktu praktikum dilaksanakan
pada hari Rabu, tanggal 01 Juni 2016, sekitar pukul 10.30 WIB sampai dengan
selesai.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan
yang digunakan antara lain: bibit tanaman sawit (Elais guenensis ). Sedangkan alat yang digunakan yaitu alat tulis,
camera, meteran dan jangka sorong.
3.3. Cara Kerja
:
v
Dilakukan pengamatan terhadap tanaman pada kondisi lingkungan
yang tidak menguntungkan di kebun percobaan.
v
Mengamati gejala – gejala stress terhadap tanaman.
v
Melakukan pengukuran terhadap parameter pertumbuhan tanaman pada
kedua kondisi tersebut, yaitu ;
v
Parameter yang diukur adalah :
·
Tinggi tanaman
·
Jumlah daun
·
Diameter batang / Lilit batang
·
Panjang daun
·
Lebar daun
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Tabel Hasil Pengamatan
Kelapa Sawit ( Elais quenensis )
Cukup Nitrogen
No
|
Parameter
|
Ulangan
|
Total
|
Rata – rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||||
1
|
Tinggi tanaman ( cm )
|
120
|
105
|
113,5
|
115
|
453,5
|
113,375
|
2
|
Jumlah daun ( helai)
|
12
|
13
|
13
|
14
|
52
|
13
|
3
|
Diamater batang ( cm )
|
3,9
|
3,8
|
3,4
|
4
|
15,1
|
3,775
|
Tabel Hasil Pengamatan Kelapa Sawit ( Elais quenensis ) Kurang Nitrogen
No
|
Parameter
|
Ulangan
|
Total
|
Rata – rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||||
1
|
Tinggi tanaman ( cm )
|
85
|
76
|
71
|
75
|
307
|
76,75
|
2
|
Jumlah daun ( helai )
|
15
|
14
|
13
|
14
|
56
|
14
|
3
|
Diameter batang ( cm )
|
3,3
|
3
|
2,7
|
2,2
|
11,2
|
2,8
|
4.2.PEMBAHASAN
Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor genetik dan
faktor lingkungan. Faktor genetik ( internal ) adalah faktor bawaan dari setiap
spesies tanaman, seperti DNA / RNA , homon dll. Faktor lingkungan adalah faktor
eksternal yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman, seperti faktor
air, cahaya, edafik dan udara. Kedua faktor ini harus terpenuhi untuk mendapatkan
pertumbuhan dan perkembangan yang baik sehingga menghasilkan produksi yang
tinggi.
Pada
kesempatan praktikum fisiologi ini, untuk mengamati cekaman lingkungan terhadap
pertumbuhan tanaman, objek yang diambil adalah bibit tanaman main nursery Elais guenensis, dengan faktor yang
diamati adalah gejala kekurangan dan cukup unsur hara Nitogen.Sampel yang
diamati adalah 4 sampel bibit main nursery kelapa sawit yang cukup unsur hara
Nitrogen dan 4 sampel yang kekurangan unsur Nitrogen.
Data diatas adalah
hasil pengamatan dilapangan gejala cukup dan kekurangan unsur hara Nitrogen ( N
). Berdasarkan data diatas terlihat perbedaan tinggi bibit main nusery kelapa
sawit yang cukup signifikan antara bibit tanaman yang cukup Nitrogen dan
kekurangan Nitrogen, terlihat pada ulangan I dengan perbedaan tinggi 35 cm,
ulangan II sebesar 29 cm. Begitu puga
dengan diameter batang terdapat perbedaan diameter, contohnya pada ulangan II
perbedaan diameter batang sebesar 0,8 cm.Tetapi jumlah helai daun tidak ada
perbedaan yang signifikan, karena jumlah helaian daun sudah menjadi faktor
genetik.
Hasil data
diatas berkorelasi positif dengan zat hijau daun, semakin hijau daun maka
semakin besar ukuran diameter batang dan tinggi tanaman, begitu sebaliknya
semakin kekuningan daun maka hasil pengukuran semakin kecil.
Semakin hijau daun maka unsur
Nitogennya terpenuhi, sebaliknya apabila unsur n kurang maka daun akan
menguning. Gejala tersebut adalah salah satu gejala yang mudah diamati jika
kekurangan unsur hara Nitrogen. Nitrogen adalah unsur hara enssensial makro
bagi tanaman. Nitrogen berfungsi bagi tanaman sebagai pembentukan klorofil
daun, bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri,sintesa asam amino dan
protein dalam tanaman, dan sangat berperan merangsang pertumbuhan vegetatif seperti
daun, batang, dan akar. Pembentukan
klorofil ( zat hijau daun ) sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis
daun, semakin banyak terbentuk klorofil maka fotosintesis semakin laju,
sehingga pertumbuhan dan perkembangan meningkat. Kekurangan unsur hara Nirogen
ditandai beberapa gejala; warna daun hijau ke kuning – kuningan, lama kelamaan
akan menjadi kecoklatan, pertumbuhan lambat dan kerdil, buah masak tidak pada
waktunya dan menimbulkan daun penuh dengan serat.
Pernyataan ini sangat dibutikan
melalui pengamatan dan hasil data pengukuran diatas bahwa peranan unsur
Nitrogen sangat besar untuk mendukung pertumbuhan vegetatif, apabila
pertumbuhan vegetatif berlangsung baik maka besar peluang akan mendapatkan
pertumbuhan generatif yang baik pula. Hal ini juga membuat pemupukan Nitrogen
menjadi pemupukan primadona dikalangan para pelaku agronomi, karena fungsinya
yang sangat mendukung peningkatan produksi.
BAB V
KESIMPULAN
Pertumbuhan
dan perkembangan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor lingkungan adalah faktor yang harus dipenuhi sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
tersebut untuk memeroleh produksi yang tinggi. Nitrogen adalah unsur hara makro
essensial yang sangat berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman. Unsur hara
Nitrogen tersedia melimpah di atmosfer, tetapi tidak bisa langsung diambil
semua jenis tanaman. Kekurangan unsur hara Nitrogen dapat menyebabkan stress
fsiologi yang dialami saat pertumbuhan vegetatif. Nitrogen harus diberikan saat
melakukan budidaya tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Franklin P. Gardner,dkk. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta. UI
Press
Astutik,dkk. Penggunaan Beberapa Media dan Pemupukan Nitrogen Pada
Pembibitan Kelapa Sawit. Buana sains No.2 :111.
Nurahmi Erida, dkk. 2013. Pengaruh Umur Kecambah dan Dosis Pupuk Urea
Terhadap pertumbuhan bibit kakao. J.Floratek : 10 – 12.
Rahmadhani Fitri. 2015. Pemanfaatan Beberapa Jenis dan Dosis Limbah
Kelapa Sawit ( Elais guenensi jack )
Terhadap Perubahan pH, N, P, K tanah podsolik Merah Kuning ( PMK ). Jurnal
Agroteknologi Vol.6 No 1 : 9
Anonimous, Klasifikasi dan Morfologi Kelapa sawit .http://agroteknologi.web.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-kelapa-sawit/
( diakses juni 2016 )
Langganan:
Postingan (Atom)